Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Atur Keuangan Sejak Dini agar Masa Depan Tak Suram

Perencana keuangan Aidil Akbar munuturkan, dalam membuat perencanaan keuangan langkah awal yang perlu diperhitungkan adalah tujuan dan kemampuan finansial seseorang.

Bisnis.com, JAKARTA -- Ada kalanya anak muda meremehkan kondisi finansial lantaran belum memiliki tanggungan yang besar. Mereka juga gampang tergoda dengan pengeluaran yang sifatnya untuk foya-foya.

Meskipun masih muda, tentu tidak ada alasan untuk tidak mengatur keuangan demi mempersiapkan masa depan yang lebih terarah. Alangkah lebih baik jika hal ini disiapkan sejak awal, apalagi kalau Anda memiliki target-target yang pasti untuk masa depan.

Bisa saja suatu saat Anda ‘bokek’, tapi toh tetap harus memenuhi kebutuhan hidup. Saat itulah tabungan dapat menjadi salah satu solusinya.

Atau, saat ini Anda berencana memiliki aset yang bisa jadi sumber pendapatan pasif untuk masa depan. Bisa juga Anda memimpikan untuk membeli rumah secara mandiri tanpa campur tangan orang tua. Untuk mendapatkan aset impian itu, Anda harus menabung dan merencanakannya secara benar.

Perencana keuangan Aidil Akbar munuturkan, dalam membuat perencanaan keuangan langkah awal yang perlu diperhitungkan adalah tujuan dan kemampuan finansial seseorang.

Anda bisa memulainya dengan membuat kategori kebutuhan dan skala prioritas karena kondisi setiap orang berbeda-beda.

Pikirkan Skala Prioritas

Kebutuhan yang jadi prioritas mau tidak mau harus dipenuhi karena memang dibutuhkan. Setelah menentukan kebutuhan mana yang menjadi prioritas dan mana yang kurang prioritas. Setelah itu, seharusnya Anda sudah mulai dapat memangkas anggaran belanja untuk keperluan yang tidak terlalu penting.

Salah satu contoh adalah untuk makan dan membayar uang sewa apartemen masuk dalam skala prioritas karena berkaitan dengan pangan dan papan. Adapun kebutuhan bukan prioritas seharusnya tidak akan mengganggu kelangsungan hidup apabila tidak terpenuhi, misalnya nonton di bioskop atau nongkrong.

“Kalau nongkrong sebenarnya relatif, tidak semua nongkrong itu negatif. Kalau nogkrong dapat menghasilkan proyek itu bagus. Kondisi orang berbeda-beda. Kalau dia orang kerja kantoran tiap malam nongkrong bersama teman-teman, nah itu baru negatif,” kata Aidil.

Artinya, bukan berarti tidak boleh nongkrong tapi sebaiknya intensitas dikurangi. Apabila selama ini biasanya nongkrong 10 kali dalam sebulan dapat dikurangi menjadi lima kali atau bahkan tiga kali.

Sisihkan Gaji

Supaya bisa konsisten dalam menabung, tentu Anda harus menghitung nominal uang yang harus dialokasikan untuk kebutuhan prioritas setiap bulannya dari penghasilan. Kemudian, sisanya bisa masuk dalam tabungan, paksa untuk tidak belanja kebutuhan-kebutuhan yang tidak penting.

“Sebenarnya kembali lagi pada orangnya. Belanja itu kan kalau ada uangnya. Jadi ya dibuat seakan tidak ada uangnya,” ujarnya.

Anda juga bisa konsisten menabung sekian persen dari penghasilan setiap bulannya. Salah satu contoh, dalam sebulan katakanlah Anda mendapatkan penghasilan sebesar Rp5 juta, alokasikan paling tidak 15% dari gaji tersebut.

Bila Anda bisa konsisten setiap bulan berhasil menabung Rp750.000, dalam setahun paling tidak bisa mendapatkan Rp9 juta. Belum lagi apabila Anda memiliki sumber pendanaan lainnya.

“Namun, setiap orang kondisi keuangannya berbeda-beda. 15% itu hanya patokan minimum. Kalau penghasilan lebih besar, mau nambah lebih dari itu tentu ya boleh-boleh saja, asal pastikan kebutuhan prioritas cukup,” jelasnya.

Berinvestasi dari Sekarang

Meski masih muda bukan alasan untuk sudah memulai investasi. Justru berinvestasi sejak dini lebih menguntungkan daripada harus menunda-nunda.

Anak ‘zaman now’ seharusnya masih punya kesempatan untuk mempelajari investasi. Saat ini, katanya, ada beberapa investasi yang cocok untuk anak muda mulai dari investasi saham, reksa dana, bahkan investasi emas.

Kalau ditanya investasi mana yang pas, Aidil mengatakan harus dilihat kembali tujuan dan kemampuan finansial masing-masing orang.

“Setiap orang memiliki tujuan keuangan berbeda-beda. Kalau mau jangka pendek bisa masuk investasi emas, kalau jangka panjang bisa masuk reksa dana atau saham, tergantung risiko dan jangka waktu yang dipilih. Jadi tidak bisa disamaratakan,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper