Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI CHINA: Inflasi Januari 2018 Melambat

Inflasi produsen dan konsumen China melambat pada Januari, bahkan saat pasar saham global sedang merosot akibat kekhawatiran bahwa tekanan harga perlahan-lahan mulai meningkat di Amerika Serikat dan Eropa.
Yuan/Bloomberg
Yuan/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi produsen dan konsumen China melambat pada Januari, bahkan saat pasar saham global sedang merosot akibat kekhawatiran bahwa tekanan harga perlahan-lahan mulai meningkat di Amerika Serikat dan Eropa.

Laporan Biro Statistik Nasional (NBS) China, seperti dilansir Reuters, Jumat (9/2/2018), menunjukkan inflasi produsen melambat untuk bulan ketiga berturut-turut pada Januari. Penurunan ini menunjukkan pertumbuhan laba yang kuat pada sektor industri tahun lalu mungkin akan mulai memudar.

Indeks harga produsen (producer price index/PPI) naik 4,3% pada Januari dari tahun sebelumnya, kenaikan terkecil dalam 14 bulan.

Angka tersebut lebih kecil daripada prediksi para analis untuk kenaikan sebesar 4,4% serta kenaikan 4,9% pada Desember. Secara bulanan, PPI naik 0,3% pada Januari.

Sementara itu, inflasi konsumen melambat ke level terendah sejak Juli 2017. Indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) naik 1,5% dari tahun sebelumnya.

Meski sejalan dengan perkiraan, CPI pada Januari melambat dibandingkan dengan kenaikan pada Desember sebesar 1,8%. Secara month-on-month, CPI naik 0,6% pada bulan Januari.

Indeks harga makanan turun 0,5% dari tahun sebelumnya, setelah turun 0,4% pada Desember. Adapun harga non-makanan naik 2% dibandingkan dengan kenaikan sebesar 2,4% pada Desember.

Menurut sumber terkait, pemerintah China akan mempertahankan target inflasi konsumen 3% untuk 2018. Hal ini menunjukkan pembuat kebijakan tidak memperkirakan adanya kenaikan harga yang tajam, yang dapat memaksa bank sentral China mengubah arah serta memperketat kebijakan dengan lebih cepat.

Pasar saham global mulai goyah sejak Jumat pekan lalu setelah data nonfarm payrolls AS yang sehat memicu lonjakan imbal hasil obligasi dan kekhawatiran kenaikan inflasi yang dapat memicu kenaikan suku bunga bank sentral.

Perlambatan dalam inflasi China akan mendukung pandangan bahwa negara berkekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut perlahan mulai kehilangan beberapa momentum pasca pertumbuhan sebear 6,9% pada 2017.

Namun data China di awal tahun harus selalu diperlakukan dengan hati-hati, mengingat distorsi bisnis dan harga yang disebabkan periode perayaan Tahun Baru Imlek yang panjang. Perayaan Imlek jatuh pada akhir Januari 2017 namun dimulai pada pertengahan Februari tahun ini.

“PPI China akan relatif stabil tahun ini, tidak akan turun tajam, karena momentum pertumbuhan ekonomi masih meluas, juga tidak akan melonjak,” kata Tommy Xie, seorang ekonom di Oversea-Chinese Banking Corp. di Singapura.

“Karena itu, PPI China tidak akan menyeret reflasi global, dan tidak akan menjadi fokus. Fokusnya adalah pada pertumbuhan upah di AS dan Eropa,” tambahnya, seperti dikutip dari Bloomberg.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper