Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ingin Pacu Ekspor, Pemerintah Fokus Produk Bernilai Tambah

Wakil Presiden Jusuf Kalla rapat bersama empat menteri dan Kepala BKPM salah satunya adalah untuk membahas peningkatan nilai ekspor
 Aktivitas bongkar muat barang di Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (6/3)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Aktivitas bongkar muat barang di Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (6/3)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA—Wakil Presiden Jusuf Kalla rapat bersama empat menteri dan Kepala BKPM salah satunya adalah untuk membahas peningkatan nilai ekspor.

Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi mengatakan, keempat menteri itu adalah Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, dan Menteri Kuangan Sri Mulyani. Turut hadir pula kepala BKPM Thomas Lembong.

Terkait hal itu, Sofjan mengatakan pemerintah akan menspesialisasikanproduk-produk mana yang akan menjadi kekuatan Indonesia di dunia untuk ke depannya.

“Seperti sekarang ini kekuatan kita ini natural resources aja, kelapa sawit, batu bara, minyak. Kita harus punya integrasi dari hulu sampai hilir. Ini sekarang kita sudah mulai dengan nikel, dengan semelter-semelter. Jadi kita harus bisa pilih produk mana bisa jadi kekuatan kita ke depan dan masuk dalam value chain seluruh dunia,” ujarnya di Istana Wakil Presiden, Jumat (9/2).

Badan Pusat Statistik merilis nilai ekspor Indonesia pada 2017 hanya US$168,73 miliar. Raihan itu naik 16,22% dibandingkan dengan capaian pada 2016. Kendati demikian jumlahnya masih kalah dari negara-negara tetangga.

Nilai ekspor Thailand pada 2017 sebesar US$236,69 miliar, Malaysia US$219,45 miliar, dan Vietnam US$213,77 miliar.

Sofjan mencontohkan, Vietnam saja saat bisa mengekspor telepon seluler dengan nilai US$30 miliar per tahun. Oleh karena itu, kata dia, Indonesia harus mencari produk khusus mana yang berdaya saing tinggi. 

“Kita tidak mau lagi [ekspor] bahan mentah, harus produk manufaktur. Karena itu [produk manufaktur] yang added value-nya paling tinggi,” ujarnya.

Menurutnya, perdagangan Indoensia tidak perlu lagi harus melakukan proteksi dalam negeri karena seharusnya sudah masuk dalam global chain.

 “Kalo tidak kita sudah ketinggalan semua. Kekayaan alam suatu saat habis juga. Ini yang sekarang dibicarakan, pokoknya bulan ini selesai,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper