Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Masih Lesu Padahal Suku Bunga Turun, Apa Sebabnya?

Pertumbuhan kredit perbankan dinilai masih terbatas meskipun suku bunga deposito dan kredit sudah turun.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA--Pertumbuhan kredit perbankan dinilai masih terbatas meskipun suku bunga deposito dan kredit sudah turun.

Bank Indonesia mencatat, selama periode Januari-Desember 2017 suku bunga deposito dan kredit terus menurun masing-masing sebesar 65 bps dan 74 bps.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial melalui jalur suku bunga terus berlangsung.

Namun, transmisi melalui jalur kredit masih belum optimal sejalan dengan permintaan kredit yang belum tinggi.

"Bank juga masih selektif dalam memberikan kredit baru," katanya di Jakarta akhir pekan lalu.

Pertumbuhan kredit 2017 tercatat hanya tumbuh sebesar 8,2% (yoy).

Meskipun demikian, angka tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 7,9% (yoy).

Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) bank juga membaik. Pada akhir tahun lalu NPL bank turun menjadi 2,6% (gross) atau 1,2% (net).

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada 2017 tercatat 9,4% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 9,6% (yoy).

Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan Kredit dan DPK akan lebih baik pada 2018, masing-masing dalam kisaran 10,0-12,0% (yoy) dan 9,0-11,0% (yoy).

Dari sisi rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 23%, perbankan Indonesia dinilai cukup kuat. Rasio likuiditas juga cukup baik sebesar 21,5% pada Desember 2017.

Sementara itu, pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, seperti penerbitan saham (IPO dan rights issue), obligasi korporasi, dan medium term notes (MTN) terus mengalami peningkatan sebesar 29,8% pada 2017 sejalan dengan program pendalaman pasar keuangan BI.

Chief Economist PT Bank Danamon Indonesia Tbk Anton Hendranata sebelumnya mengatakan, pertumbuhan kredit tahun ini akan lebih baik, ditopang oleh sektor retail dan manufaktur.

"Kalau manufaktur dan retail didorong maka pertumbuhan kredit bisa terakselerasi. Saya prediksi tahun ini bisa tumbuh antara 10%-11%," katanya.

Manufaktur dan retail merupakan dua sektor yang mendominasi pertumbuhan kredit tahun lalu. Berdasarkan hasil riset Danamon, manufaktur mencakup 18,1% dan retail mencakup 20% dari total pertumbuhan kredit.

Lebih lanjut, Anton menerangkan bahwa pertumbuhan kredit tahun lalu harusnya bisa lebih tinggi. Sebab, pertumbuhan kredit per November 2017 dalam rupiah tumbuh sekitar 7,9%.

Namun, jika dirata-ratakan dengan valas yang tumbuh sebesar 5,2%, maka totalnya turun menjadi 7,5%.

Meskipun demikian, dia yakin pertumbuhan kredit valas akan meningkat tahun ini karena perdagangan diprediksi membaik.

"Kalau perdagangan bergerak lagi khususnya impor maka kebutuhan kredit valas akan meningkat," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Abdul Rahman
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper