Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kontribusi Asuransi Syariah Ditargetkan Naik 15%

Pertumbuhan kontribusi bruto asuransi syariah tahun ini ditargetkan berkisar 10% hingga 15%.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Kontribusi bruto asuransi syariah tahun ini ditargetkan naik 10%-15%. Angka tersebut turun dari proyeksi tahun lalu yaitu 17%-18%.

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Ahmad Sya'roni mengatakan turunnya target tahun ini karena industri asuransi secara umum diprediksi masih lesu.

"Di sisi motor, kelihatannya tahun ini masih belum akan pulih, khususnya di syariah," kata Sya'roni kepada Bisnis Senin (19/2/2018).

Selain itu, insentif berupa perpajakan, regulasi dan bentuk lainnya mulai diberlakukan sama dengan asuransi konvensional.

Sementara itu untuk pertumbuhan aset, Sya'roni memperkirakan akan ada pertumbuhan sebesar 15% hingga 30%.

Menurut data OJK, per Desember 2017 aset asuransi syariah secara nasional mencapai Rp40,52 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 18% dibanding periode yang sama 2016 sebesar Rp33,224 triliun.

Sementara itu aset asuransi konvensional 2017 sebesar Rp534,57 triliun, naik 17,6% dari 2016 sebesar Rp628,65 triliun. Selisih aset per Desember 2017 antara syariah dan konvensional sebesar Rp588,13 triliun atau 93,5%.

Sya'roni mengakui penetrasi produk asuransi syariah secara nasional belum bisa mengungguli produk konvensional. Hal itu dipengaruhi faktor urgensi asuransi bagi masyarakat Indonesia yang belum dijadikan kebutuhan utama.

Selain itu, masyarakat yang telah melek asuransi rata-rata berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Sedangkan golongan ini sudah mantap memilih produk asuransi konvensional dengan segala fitur kemudahan integrasi perbankan yang ditawarkan.

Pekerjaan rumah bagi industri asuransi syariah adalah menggalakkan edukasi dan literasi produk ini kepada masyarakat di negara mayoritas muslim terbesar di dunia ini.

"Tanggungjawab kita bersama untuk mengedukasi masyarakat bahwa ada alternatif asuransi syariah yang lebih fair dibanding konvensional. Itu yang harus ditanamkan mulai dari grass root," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper