Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Cerminkan Fundamental, BI Lakukan Intervensi Rupiah

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia mengakui melakukan tindakan intervensi pasar hari ini, Kams (1/3/2018) karena volatilitas nilai tukar rupiah dianggap tidak mencerminkan nilai fundamentalnya.
Ilustrasi seorang pegawai bank tengah menghitung penukaran uang rupiah dengan dolar AS/Bisnis.com
Ilustrasi seorang pegawai bank tengah menghitung penukaran uang rupiah dengan dolar AS/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia mengakui telah melakukan tindakan intervensi pasar pada hari ini, Kamis (1/3/2018) karena volatilitas nilai tukar rupiah dianggap tidak mencerminkan nilai fundamentalnya.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Doddy Zulverdi mengatakan, gejolak nilai tukar yang terjadi hari ini (1/3/2018) begitu berlebihan, sehingga pihaknya perlu melakukan intervensi pasar.

"Kalau lihat hari ini, pagi tadi sempat mencoba menembus level Rp13.800, tetapi kemudian menjelang dini hari, karena kita terus menjaga konsistensi, kita lihat agak mereda sedikit siang ini, terakhir itu berada pada level Rp13.755," katanya dalam Konfrensi Pers BI, di Jakarta, Kamis (1/3/2018).

Berdasarkan catatan Bisnis, Bank Indonesia mematok kurs tengah hari ini, Kamis (1/3/2018) di level Rp13.793 per dolar AS, terdepresiasi 86 poin atau 0,63% dari posisi Rp13.707 per dolar AS pada Rabu (28/2/2018).

Kurs jual ditetapkan Rp13.862 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di level Rp13.724 per dolar AS. Selisih antara kurs jual dan kurs beli adalah Rp136.

Namun, Doddy mengatakan, kebijakan intervensi yang dilakukan pihaknya hanyalah sekadar respons dari gejolak nilai tukar yang tidak mencerminkan nilai fundamentalnya.

"Angka nilai tukar saat ini tidak mencerminkan nilai fundamental, dan kami rasa [nilai tukar rupaiah] bisa lebih kuat," jelasnya.

Meskipun nilai tukar harus melemah, lanjutnya, itu hanya benar-benar disebabkan oleh nilai fundamental rupiah yang melemah.

Disamping itu, menurutnya, jika kebijakan intervensi yang dilakukan terlalu berlebihan malah akan menyebabkan ganguan pada perkembangan pasar.

"Kami hanya [mengintervensi] agar penuruannnya tidak terlalu cepat dan volatilitasnya terjaga," imbuhnya.

Terkait tentang volatilitas, Doddy menjelaskan volatilitas pada 2017 sangatlah baik, yakni sekitar 3%. Sementara itu, sepanjang 2018, dikarenakan gejolak pasar global yang kian gencar volatilitas nilai rupiah naik menjadi 8%.

Adapun dibandingkan dengan negara peer, lanjut Doddy, volatilitas nilai tukar rupiah terlihat berada dalam range yang aman. Negara peer adalah negara-negara yang mempunyai yield suku bunga yang tinggi seperti Indonesia, yakni Brasil, Meksiko, Afrika Selatan, Turki, dan Rusia.

Pada 2017, volatilitas nilai tukar Brasil, Meksiko, Korea Selatan, Turki, dan Rusia adalah masing-masing 13%, 16%, 23%, 17%, dan 13%.

Walaupun demikian, dia mengakui bahwa dibandingkan dengan negara-negara regional volatilitas nilai tukar mereka tidak setinggi rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper