Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Global 2018 Membaik, tapi Tahun Depan Melambat

Perbaikan pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan lebih baik pada tahun ini dibandingkan dengan 2017. Akan tetapi, perbaikan pertumbuhan ekonomi global tersebut berisiko melambat pada tahun depan.
Karyawan keluar dari gedung Bank Indonesia di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan
Karyawan keluar dari gedung Bank Indonesia di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Perbaikan pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan lebih baik pada tahun ini dibandingkan dengan 2017. Akan tetapi, perbaikan pertumbuhan ekonomi global tersebut berisiko melambat pada tahun depan.

Dody Budi Waluyo, Asisten Gubernur Bank Indonesia, menyebutkan pemulihan global mendorong meningkatnya volume perdagangan dunia serta mendorong kenaikan harga komoditas global.

Seperti diketahui, sumber pertumbuhan perbaikan ekonomi global tersebut berasal dari negara-negara berkembang dan solidnya pemulihan ekonomi negara maju.

“Ada tren positif pada perekonomian Amerika Serikat, yang ditopang oleh data-data ekonomi, seperti membaiknya indeks kepercayaan konsumen dan testimoni Powell yang hawkish,” katanya Sabtu (3/2/2018).

Adapun, data indeks kepercayaan konsumen Paman Sam yang dirilis pada Selasa (27/2/2018) naik ke level 130,8, lebih baik dari perkiraan 126,2. Level ini merupakan yang tertinggi sejak 2000.

Dody menyatakan bahwa perkembangan positif indikator ekonomi Paman Sam mendorong pelaku pasar bereaksi terlalu berlebihan dengan melakukan penyesuaian ekspektasi yang berlebihan pula. Dampaknya adalah meningkatnya imbal hasil obligasi AS dan menguatnya indeks greenback pada bulan lalu.

“Meskipun begitu, risiko pasar keuangan terindikasi membaik, begitu pula tekanan pasar keuangan Indonesia mulai menurun seiring meredanya gejolak di pasar keuangan AS,” imbuhnya.

Selain itu, Dody menambahkan, pengaruh eksternal dari perekonomian global tersebut tidak akan permanen.

Dia menjelaskan bahwa aliran modal yang masuk ke emerging market, termasuk Indonesia, selain dipengaruhi oleh interest rate differential (antara negara ekonomi maju dan berkembang), juga dipengaruhi oleh growth differential.

“Dalam growth differentiate ada prospek ekonomi suatu negara yang dipertimbangkan oleh investor jangka panjang. Jadi, untuk menghadapi shock dari luar, Indonesia harus bisa menjaga nilai tukar rupiah dan menumbuhkan sektor riil dalam negeri,” katanya.

Jika nantinya pengaruh dari faktor eksternal perekonomian global terlalu menekan perekonomian negara-negara di region Asean, Dody menyampaikan bahwa region ini dapat saling bekerjasama untuk menangkal hal tersebut.

“Kerjasama regional Asean, berupa second line defense, juga dapat dilakukan dengan membuat kebijakan untuk menghadapi isu bersama,” ujar Dody.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper