Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dituntut Jeli Identifikasi Sektor Kredit Prospektif

Perbankan dituntut untuk mampu mengidentifikasi sektor usaha yang memiliki prospek baik guna mengoptimalkan penyaluran kredit tanpa meningkatkan risiko kredit bermasalah (NPL).
Petugas memeriksa uang di cash center'Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (15/5)./Antara-Akbar Nugroho Gumay
Petugas memeriksa uang di cash center'Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (15/5)./Antara-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA -- Perbankan dituntut untuk mampu mengidentifikasi sektor usaha yang memiliki prospek baik guna mengoptimalkan penyaluran kredit tanpa meningkatkan risiko kredit bermasalah (NPL).

Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan dunia usaha Indonesia sebetulnya masih belum bisa bergerak cepat karena masih sangat bergantung dengan pergerakan harga komoditas.

"Sangat sulit ekonomi bisa tumbuh di atas 6% apalagi 7% tanpa melakukan perubahan struktural ekonomi dengan mendorong pembangunan industri manufaktur, ditambah perbaikan kualitas infrastruktur dan institusi," ujarnya kepada Bisnis, Senin (5/3/2018).

Untuk mengoptimalkan penyaluran kredit tanpa meningkatkan risiko kredit bermasalah (NPL), bank dituntut untuk mampu mengidentifikasi sektor usaha yang memiliki prospek baik.

Bank harus lebih memperhatikan risiko dari kondisi ekonomi nasional yang masih dalam masa pemulihan dan ekonomi global yang menurutnya sedang tidak menentu (volatile).

Risiko yang perlu diperhatikan antara lain fluktuasi ekonomi dan bisnis terkait pergerakan harga komoditas termasuk harga minyak, kenaikan suku bunga acuan bank Indonesia dan inflasi.

Selanjutnya, Dendi menambahkan, bank juga harus memperhatikan sejumlah faktor global seperti kenaikan suku bunga The Fed (FFR) yang bisa mempengaruhi kurs mata uang Rupiah, suku bunga dan inflasi.

"Saya kira bank banyak belajar dari pengalaman saat periode bom komoditas. Bank harus jeli dan hati-hati dalam mengidentifikasi sektor yang memiliki prospek," katanya.

Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan berdasarkan perhitungan yang mereka lakukan bahwa kredit perbankan dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional hingga 7%.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan dengan kondisi likuiditas bank yang baik potensi pertumbuhan kredit selalu ada asalkan didukung oleh optimisme dari sektor dunia usaha.

"Pernah kami hitung, kredit perbankan Indonesia ini bisa mendukung pertumbuhan ekonomi sebesar 7%. Karena modalnya kuat dan likuiditasnya cukup," ujarnya dalam forum diskusi RSM Indonesia di Jakarta, Senin (5/3/2018).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper