Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hindari Perang Dagang, Indonesia Perlu Diversifikasi Tujuan Ekspor

Perang dagang AS yang dilancarkan oleh Trump dinilai sebagai upaya Negeri Paman Sam untuk menaikkan posisi tawarnya dalam perdagangan global.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro /ANTARA FOTO/R. Rekotomo
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro /ANTARA FOTO/R. Rekotomo

Bisnis.com, JAKARTA - Perang dagang AS yang dilancarkan oleh Trump dinilai sebagai upaya Negeri Paman Sam untuk menaikkan posisi tawarnya dalam perdagangan global.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas Bambang P.S. Brodjonegoro mengungkapkan sebenarnya AS ingin mengurangi defisit neraca dagangnya terhadap beberapa negara mitra dagangnya.

"Kuncinya bagi Indonesia bisa menjauhi trade war [perang dagang], kita ya harus mendiversifikasi tujuan ekspor," kata Bambang, (8/3).

Diversifikasi ini, lanjut Bambang, juga harus dari sisi komoditas ekspornya.

Kemudian, dia mengungkapkan pemerintah harus segera menyelesaikan perjanjian dagang dengan negara-negara yang berpotensi mengimpor barang dari Indonesia lebih banyak.

"Maksudnya supaya ekspornya lebih dimudahkan," kata Bambang.

Menurutnya, ini langkah yang wajar. Dengan langkah ini, dia yakin Indonesia tidak akan terpengaruh oleh perang dagang.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah AS masih mempertahankan rencana penerapan tarif impor untuk baja dan aluminium, tapi membuka kemungkinan adanya pengecualian bagi beberapa negara dan menekan kemungkinan terjadinya perang dagang.

Namun, Presiden AS Donald Trump menyatakan hambatan impor itu bisa saja diperdalam dan menyinggung dugaan aksi pencurian kekayaan intelektual oleh China.

AS disebut tengah mempertimbangkan mengurangi investasi China dan memberlakukan perluasan tarif impor atas barang-barang dari Negeri Panda. Langkah itu dilakukan untuk menghukum Beijing atas berbagai pencurian kekayaan intelektual AS.

Trump memang telah memerintahkan dilakukan penyelidikan atas praktik pencurian kekayaan intelektual oleh China. Investigasi tersebut masih berjalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper