Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketidakstabilan Neraca Perdagangan Akibat Isu Perang Dagang

Bisnis.com, JAKARTA Pemerintah memastikan tak hanya di Indonesia, saat ini kondisi seluruh dunia tengah memasang kuda-kuda sehingga wajar jika masih tercermin rapor ketidakstabilan neraca perdagangan pada periode bulanan.
Menko Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan paparan dalam acara Digital Economic Briefing, di Jakarta, Kamis (16/11)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Menko Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan paparan dalam acara Digital Economic Briefing, di Jakarta, Kamis (16/11)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah memastikan tak hanya di Indonesia, saat ini kondisi seluruh dunia tengah memasang kuda-kuda sehingga wajar jika masih tercermin rapor ketidakstabilan neraca perdagangan pada periode bulanan.

Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) telah melaporkan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$112 juta. Defisit tersebut lebih besar dibandingkan dengan defisit pada Januari 2018 sebesar US$680 juta. Nilai ekspor sepanjang Februari 2018 sebesar US$14,10 miliar turun 3,14% dibandingkan dengan Januari 2018 sebesar US$14,55 miliar.

Sementara itu, impor sepanjang Februari 2018 sebesar US$14,21 miliar atau turun 7,16% dibandingkan dengan Januari 2018. 

Mengomentari hal itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan secara periode bulanan kinerja ekspor cenderung melambat, bahkan Februari ke Januari itu negatif, baik dari sisi migas dan nonmigas. Sementara itu, impor bergerak naik dengan sangat cepat.

"Ini tidak bagus sebenarnya, neracanya kalau termasuk migas tidak terlalu baik tetapi nonmigas saja masih positif," katanya, Kamis (15/3/2018).

Darmin mengatakan, dari isu perang dagang dan proteksionisme dirinya memastikan persaingan dengan Amerika Serikat (AS) tidak akan banyak. Sebab, produk Indonesia dengan AS sangat berbeda.

Dengan demikian, jika negara Paman Sam itu melakukan proteksionisme, tidak akan terlalu banyak terdampak pada produk Indonesia. Sementara itu, kalau negara AS mengakibatkan negara lain penghasil besi baja dan aluminium terhambat ke sana, yang pasti akan dibalas.

"Dampaknya ke kita barangkali dilihat dari konsumen, dengan harga barang lebih murah. Namanya dia mulai cari pasar lain, tetapi dilihat dari produk produsen itu tidak bagus, sebab itu ada persaingan yang membuat harga relatif murah," ujarnya.

Darmin menilai paling penting harus diingat produk Indonesia tidak akan secara langsung berkompetisi.

Meski secara keseluruhan proyeksi kinerja perdagangan dirinya belum berani menjawab, tetapi secara pengaruh dirinya memastikan akan ada. Menurutnya, dalam kondisi saat ini, tidak penting berbicara proyeksi, sebab ada efek musiman yang cepat berubah.

Lebih jauh, pada pengaruh pertumbuhan ekonomi ke depan tidak akan langsung berdampak. Dampak yang diakibatkan mungkin hanya pada kurs dan semacamnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper