Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Besar Melambat, Bank Kecil Lebih Agresif

Bank papan atas terlihat menahan laju penyaluran kredit meskipun secara industri kelompok bank ini mendominasi portofolio pembiayaan. Namun, dalam 2 tahun terakhir terlihat pertumbuhan kredit yang terus melambat.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Bank papan atas terlihat menahan laju penyaluran kredit meskipun secara industri kelompok bank ini mendominasi portofolio pembiayaan. Namun, dalam 2 tahun terakhir terlihat pertumbuhan kredit yang terus melambat.

Mengacu pada data yang disampaikan Deputi Komosioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Y. Santoso Wibowo, penyaluran kredit pada bulan pertama tahun 2018 sebesar 7,4% secara year on year (yoy), melambat dari Januari 2017 sebesar 8,24%.

Khusus untuk kelompok bank BUKU IV, misalnya, pada Januari 2018 menyentuh 8,63%, turun dari pertumbuhan pada Desember 2017 yang hampir mencapai 10%. Realisasi itu juga melambat bila dibandingkan dengan periode Januari 2016 dan Januari 2017 ketika loan growth bank BUKU IV masih berkisar 12%.

Dilihat dari kelompoknya, bank umum pelat merah juga terus menunjukkan penurunan pertumbuhan, dari kisaran 10% -15% pada dua tahun lalu menjadi hanya satu digit di level 8,95% pada Januari 2018.

Di sisi lain, bank-bank kecil dari BUKU I justru menunjukkan tren pertumbuhan penyaluran kredit dalam dua tahun terakhir dari sekitar 5% pada Januari 2016 menjadi 11,2% pada Januari 2018. Kelompok Bank umum swasta nasional nondevisa juga mencatatkan persentase pertumbuhan tertinggi dengan tren meningkat, dari 23% pada Januari 2016 menjadi 27,9% pada awal 2018.

Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Piter Abdullah menilai bank besar dan bank kecil menengah mengalami perbendaan arah pertumbuhan.

Bank kecil dan menengah dari kelompok BUKU I, II, dan III sejak september 2016 terus menunjukkan kenaikan pertumbuhan kredit. Bank kecil dari BUKU I tampak lebih agresif menyalurkan kredit dengan pertumbuhan 12% per akhir 2017, walaupun turun kembali pada Januari 2018. Kenaikannya cukup signifikan melebihi rata-rata pertumbuhan kredit perbankan nasional.

Sementara itu, kelompok BUKU II dan III, kendati menunjukkan kenaikan pertumbuhan kredit, ,tetapi masih dalam zona konsolidasi dengan pertumbuhan kredit di bawah 8%.

Di sisi lain, bank bank besar yang masuk kelompok buku IV setelah sempat menunjukkan perkembangan yang cukup baik dan relatif stabil hingga April 2017, pertumbuhan kreditnya terus mengalami perlambatan pertumbuhan sejak Mei 2017 hingga Januari 2018.

Piter memperkirakan, perbedaan arah tumbuh tersebut akibat perbedaan strategi penyaluran kredit bank dalam merespons likuiditas dan penurunan suku bunga acuan yang mempengaruhi spread suku bunga.

“Bank kecil menengah cenderung meningkatkan penyaluran kredit demi memacu penerimaan agar bank tidak rugi saat spread bunga yang mengecil,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (13/3/2018).

Di sisi lain, perbankan besar masih memiliki kelonggaran likuiditas dan berpeluang mempertahankan bunga kredit saat suku bunga deposito diturunkan sehingga spreadnya melebar. Kondisi itu, didukung potensi penerimaan nonbunga yang besar, diperkirakan menjadi alasan bank besar tidak agresif menggenjot kredit.

“Dengan spread yang cenderung melebar ditambah dengan ketidaktergantungan kepada kredit karena adanya fee based income yang besar, menyebabkan bank besar tidak memacu pertumbuhan kredit. Tanpa kredit bank besar masih bisa mendapatkan laba yang luar biasa tinggi, dikonfirmasi oleh data laba bank besar tahun 2017,” jelasnya.

Dihubungi terpisah, Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Herry Sidharta menyampaikan pertumbuhan kredit perbankan yang rendah pada awal tahun secara umum dipengaruhi oleh siklus awal tahun yang biasa dikenal dengan Januari Effect.

Selain itu, menurutnya, permintaan kredit dari nasabah korporasi juga masih belum signifikan lantaran tersedianya berbagai alternatif pembiayaan.

“Tantangan pertumbuhan kredit terutama segmen korporasi dan BUMN dipengaruhi juga dengan kencenderungan perusahaan mencari sumber pembiayaan lainnya terutama dari pasar modal sehingga pembiayaan perbankan tidak menjadi satu-satunya sumber utama pembiayaan,” tuturnya.  

BNI mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 8,1% (yoy) pada Januari 2018, dengan kenaikan terbesar di segmen korporasi 14,5% dan segmen usaha kecil 11,2% (yoy).

Kenaikan itu melambat dibandingkan dengan realisasi pada akhir Desember saat kredit BNI tumbuh 12,2%. Walau begitu, Herry optimistis pertumbuhan pembiayaan masih akan berpotensi mengalami peningkatan.

“Kedepannya, loan diperkirakan akan tumbuh seiring dengan masih besarnya potensi penyaluran kredit terutama utk pembiayaan infrastuktur, pertanian dan kredit komersil lainnya,” imbuhnya.

Dia menambahkan, perseroan masih akan tetap fokus mengejar peningkatan pendapatan bunga kredit sebagai sumber laba yang utama.

“Di samping itu, BNI akan menggenjot pendapatan nonbunga melalui peningkatan pelayanan salah satu dengan mengintensifkan program digital banking bagi para nasabah.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper