Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nasib si Peci, 'Bayi Asuransi Mikro' yang akan Dimatikan

Si Peci, nama produk kepanjangan dari Asuransi Mikro Penuh Cinta. Produk ini dirilis oleh konsorisum, terdiri atas puluhan perusahaan anggota Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pada Oktober 2014. Kini setelah lebih dari tiga tahun berjalan, konsorsium mempertimbangkan untuk menghentikan operasional produk ini. Ada apa dengan Si Peci?

Bisnis.com, JAKARTA – Layaknya  mercusuar yang lambat laun berubah fungsi hanya menjadi simbol navigasi pelaut belaka. Begitulah nasib Si Peci. Singkatan dari Penuh Cinta, nama produk asuransi mikro dengan sasaran masyarakat  kelas menengah bawah.

Produk ini dirilis oleh konsorisum, terdiri atas puluhan perusahaan anggota Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pada Oktober 2014.  Kini setelah lebih dari tiga tahun berjalan, konsorsium mempertimbangkan untuk menghentikan operasional produk ini. Ada apa dengan Si Peci?

Togar Pasaribu, Direktur Eksekutif AAJI mengonfirmasi rencana tersebut. Togar mengatakan dalam waktu dekat akan mengumpulkan anggota konsorsium untuk membicarakan kelanjutkan produk bersama ini.  

“Kami mau kumpulkan dulu anggota , mau tanyakan lagi apakah berhenti atau lanjut [memasarkan Si Peci], karena anggota juga banyak yang punya [produk asuransi mikro],”  kata Togar belum lama ini.

Pasalnya, tata kelola dari produk ini kurang menggembirakan. Di sisi lain, usai Si Peci dirilis, anggota AAJI banyak yang menciptakan produk asuransi mikro sendiri dan dipasarkan melalui saluran distribusi mereka. “Anggota (AAJI) lebih kreatif, dan akhirnya mereka lebih bagus [memasarkan asuransi mikro],” katanya.

Togar melanjutkan, dirilisnya Si Peci adalah sebagai trigger dan upaya edukasi untuk mengenalkan asuransi mikro kepada masyarakat ekonomi menengah kebawah.  Si Peci juga merupakan bagian dari grand desain  asuransi mikro yang digagas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengatasi rendahnya pemahaman masyarakat yang menyebabkan industr sulit berkembang.

Industri asuransi di Indonesia sudah memasarkan produk asuransi mikro sejak 1990-an. Tetapi kenyataannya, berdasarkan survei Bank Dunia 2011, sekitar sepertiga penduduk Indonesia atau kurang lebih 77 juta jiwa, tidak memiliki tabungan atau asuransi untuk berjaga-jaga jika tertimpa musibah. Sebab itulah regulator bersama dengan asosiasi menggagas enam produk generik asuransi mikro, salah satunya Si Peci.

Usai diluncurkan, OJK dan pelaku industri melakukan serangkaian kegiatan sosialisasi dan pemantauan di seluruh Indonesia pada Februari hingga Maret 2015. Hasilnya, dari enam produk asuransi mikro yang dirilis, Si Peci menjadi primadona dengan meraup 24% dari 2.069 responden. Sebanyak lima asuransi mikro lainnya, yakni Rumahku (21%), Warisanku (20%), Si Bijak (20%), Tsunami (8%) dan Erupsi (7%). 

Togar mengatakan meski ada opsi menghapus produk ini, ada kemungkinan pula sebaliknya. “Kami berharap ke depan lebih baik. Ada juga anggota kemungkinan ambil produk itu [Si Peci],” katanya. 

Namun begitu, bukan berarti segala upaya tersebut sia-sia belaka. Asuransi mikro pada tahun lalu menorehkan kinerja yang cukup kinclong. Berdasarkan Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) , total pendapatan premi asuransi mikro mampu mencapai angka Rp1,43 triliun pada 2017.

Angka tersebut mengalami kenaikan 34,9% jika dibandingkan dengan total premi 2016 sebesar Rp1,06 triliun. Pertumbuhan itu juga diikuti oleh meningkatnya perusahaan yang memasarkan produk mikro.

Pertumbuhan itu juga diikuti meningkatkan jumlah perusahaan yang memasarkan produk mikro. Tahun lalu, total perusahaan yang memasarkan produk ini mencapai 126 perusahaan, sedangkan pada 2016 baru terdapat 70 perusahaan. Peningkatan tersebut juga  menyebabkan jumlah produk yang dipasarkan tumbuh, dari 192 produk pada 2016 menjadi 204 produk pada 2017.

Pertumbuhan tersebut tercermin dari kinerja asuransi mikro di perusahaan asuransi jiwa. Direktur Utama BRI Life Rianto Djojosugito mengatakan tahun lalu produk asuransi mikro mencatatkan total pendapatan premi hingga Rp200 miliar.

"Nasabahnya jutaan, karena polisnya murah, Rp50 ribu dan [total pendapatan] preminya mendekati Rp200 miliar," kata Rianto di Jakarta, Jumat (16/3/2018).

Perolehan tersebut naik 100% dari pendapatan premi asuransi mikro tahun lalu yang berkisar Rp100 miliar rupiah. Tahun ini, lanjut Rianto, pihaknya menargetkan premi di lini ini tumbuh hingga Rp 300 miliar.

Meski hanya berkontribusi 5% saja terhadap total pendapatan premi BRI Life 2017 yang mencapai Rp3,9 triliun, namun Rianto mengatakan pertumbuhan tersebut sudah signifikan.

Rianto melanjutkan, distribusi asuransi mikro akan tetap mengandalkan saluran distribusi bancassurance. Selama ini, penjualan asuransi mikro BRI Life banyak dikaitkan dengan produk micro finance perbankan.

Sementara itu, PT BNI Life Insurance berencana menelurkan produk asuransi mikro baru tahun ini, bekerjasama dengan perusahaan induknya, PT Bank BNI (Persero) Tbk. yang telah menjalin kemitraan dengan Perum Bulog melalui kartu tani.

Plt. Direktur Utama BNI Life Geger N Maulana mengatakan  ada sekitar 1,5 juta petani yang memiliki kartu tani. Ke depan, melalu kartu tersebut BNI Life akan menawarkan perlindungan. Selain petani, produk itu juga akan menyasar nelayan dan peternak. Di luar kerjasama dengan Bank BNI, distribusi produk juga akan memanfaatkan Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) OJK.

“Ada 70 ribu Laku Pandai, bisa membantu menjual produk-produk asuransi kepada para nelayan,” ujar Geger. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper