Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bansos Bakal Dongkrak Konsumsi Rumah Tangga

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memproyeksikan konsumsi rumah tangga kembali berada pada kisaran 5% pada kuartal I/2018 seiring dengan percepatan dan perluasan penyaluran bantuan sosial. Perbaikan ini akan memutus tren negatif pelemahan konsumsi rumah tangga selama beberapa tahun belakangan.
Presiden Joko Widodo (tengah), didampingi Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (ketiga kiri), Menko PMK Puan Maharani (kedua kiri), Menteri BUMN Rini Soemarno (ketiga kanan), dan Mensos Khofifah Indar Parawansa (kedua kanan) memberi keterangan pada wartawan usai Peluncuran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di GOR POPKI Cibubur, Jakarta, Kamis (23/2/207)./Antara-Indrianto Eko Suwarso
Presiden Joko Widodo (tengah), didampingi Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (ketiga kiri), Menko PMK Puan Maharani (kedua kiri), Menteri BUMN Rini Soemarno (ketiga kanan), dan Mensos Khofifah Indar Parawansa (kedua kanan) memberi keterangan pada wartawan usai Peluncuran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di GOR POPKI Cibubur, Jakarta, Kamis (23/2/207)./Antara-Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memproyeksikan konsumsi rumah tangga kembali berada pada kisaran 5% pada kuartal I/2018 seiring dengan percepatan dan perluasan penyaluran bantuan sosial. Perbaikan ini akan memutus tren negatif pelemahan konsumsi rumah tangga selama beberapa tahun belakangan.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, upaya penguatan konsumsi rumah tangga terus dilalukan misalnya dengan mengurangi angka kemiskinan melalui optimalisasi bantuan sosial.

"Tahun ini kami memfokuskan untuk mengurangi kemiskinan yang ditargetkan di bawah 10%, salah satunya melalui perluasan Bantuan Pangan Non-Tunai [BPNT]," kata Bambang kepada Bisnis di Kantor Kementerian Koodinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa (20/3/2018).

Seperti diketahui, pertumbuhan konsumsi rumah tanggga pada 2017 mencapai 4,95%, angka itu menunjukkan angka terendah selama 5 tahun terakhir. Anjloknya konsumsi rumah tangga juga menjadi peringatan dini bagi pemerintah terkait adanya indikasi pelemahan daya beli.

Apalagi, indiktor-indikator daya beli lainnya misalnya inflasi inti hingga pertumbuhan kredit perbankan setidaknya dari basis realisasi tahun lalu, juga tercatat terus melambat. Padahal, di satu sisi inflasi secara umum terkendali, selain itu jumlah simpanan di perbankan juga tercatat naik.

Kinerja konsumsi rumah tangga ini juga berbanding terbalik dengan data realisasi pengentasan kemiskinan dan klaim menurunya angka pengangguran. Kementerian PPN Bappenas awal tahun ini merilis data, bahwa jumlah penduduk miskin pada September 2017 sebanyak 26,58 juta atau berkurang 1,18 juta dari posisi September 2016 sebanyak 27,76 juta penduduk miskin.

Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka, Bappenas juga mencatat terjadi penurunan, pada 2015 misalnya dari tingkat penganggguran terbuka di Indonesia mencapai 6,18%, tahun lalu diperkirakan TPT menurun menjadi 5,5%.

Bambang mengakui, dengan penurunan angka kemiskinan, seharusnya konsumsi rumah tangga juga akan naik. Jika terjadi kebalikannya, pemerintah tengah menerapkan berbagai kebijakan, termasuk perluasan Bantuan Pangan Non-Tunai.

"Kalau kemiskinannya berkurang kan daya belinya pasti nambah, sampai kuartal satu ini [konsumsi rumah tangga] realisasinya di kisaran 5%," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper