Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utang Korporasi Pelat Merah Jadi Sorotan, Ini Tanggapan Menteri Rini

Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini M. Soemarno berkomentar soal sorotan sejumlah pihak terhadap neraca keuangan dan utang perseroan pelat merah akibat menggenjot sejumlah proyek infrastruktur.
Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan) berbincang dengan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro sebelum mengikuti Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (5/3/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan) berbincang dengan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro sebelum mengikuti Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (5/3/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA— Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini M. Soemarno berkomentar soal sorotan sejumlah pihak terhadap neraca keuangan dan utang perseroan pelat merah akibat menggenjot sejumlah proyek infrastruktur.

Rini menilai peningkatan rasio utang terjadi khususnya bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya yang tengah berinvestasi. Pada fase tersebut, keuangan perseroan memang akan mengalami sedikit tekanan.

Akan tetapi, dia meyakini tekanan keuangan tersebut akan berakhir setelah perseroan-perseroan tersebut menyelesaikan proses investasi.

“Pada saat investasinya mulai memberikan hasil atau investasi itu selesai terbangun, otomatis akan membaik,” ujarnya di Kementerian BUMN, Jakarta, Minggu (25/3/2018).

Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Ahmad Bambang sebelumnya menjelaskan bahwa saat ini kontraktor pelat merah memiliki peringkat yang baik. Terbukti, melalui peringkat tersebut sejumlah BUMN Karya dapat menerbitkan obligasi global berdenominasi rupiah atau komodo bond.

Sebagai catatan, berdasarkan kajian Standard & Poor’s, 16 dari 20 BUMN mengalami kenaikan leverage dan pelemahan rasio kecukupan arus kas. Kondisi tersebut melanda perseroan pelat merah di sektor komoditas, infrastruktur, dan konstruksi.

S&P memproyeksikan kenaikan tingkat leverage akan berlanjut hingga 2019 karena BUMN terus menggulirkan belanja yang besar pada 2018 dan 2019.

Perusahaan pemeringkat internasional itu mengestimasi tingkat median debt to EBITDA akan merangkak naik mendekati level 5,5 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper