Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Berniat Buka Skema Investasi Alat Pengering

Pemerintah berencana membuka skema investasi pada alat pengeringan pertanian untuk produksi pasca panen di Indonesia.
Petani memanen padi di persawahan Alas Malang, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (17/1/2018)./Antara-Budi Candra Setya
Petani memanen padi di persawahan Alas Malang, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (17/1/2018)./Antara-Budi Candra Setya

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah berencana membuka skema investasi pada alat pengeringan pertanian untuk produksi pasca panen di Indonesia.

Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Musdalifah mengatakan skema kerjasama pembangunan mesin pengering itu akan dilakukan dengan menggandeng pihak swasta atau Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes.

Tak hanya itu, pemerintah juga akan meminta Bulog untuk menyediakan fasilitas pasca panen. Sebab, jika ada masalah pada produksi, pengeringan, dan gudang penyimpanan yang tidak cukup hasil panen akan rusak.

"Jadi, kalau itu terjadi produktivitas banyak yang hilang. Nah, ini yang harus kita kurangi. Kalau terjadi terus produktivitas tidak akan bisa maksimal juga," paparnya, Rabu (28/3/2018).

Menurut Musdalifah, angka pasokan alat pengering saat ini masih terlalu kecil. Untuk itu, pihaknya tengah bekerja keras dalam penambahan pasokan.

Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 1.700 kelompok kecil penggilingan. Dari kelompok penggilingan yang ada ini juga diharapkan memiliki mesin pengering masing-masing atau mengajak pihak swasta dalam upaya menyediakan.

"Kita punya KUR yang bisa fasilitasi pendanaan pengadaan itu," ujarnya.

Permasalahan alat pengeringan memang menjadi perhatian Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam menilai produktivitas pertanian, yang dipandang di Indonesia masih rendah. Pemerintah pun memprediksi sektor pertanian tidak akan kuat untuk menunjang kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal I/2018.

Jika pertumbuhan sektor pertanian pada kuartal I/2017 mencapai 7,12%, maka periode ini dipastikan akan lebih rendah. Hal ini juga dikarenakan tahun lalu puncak panen terjadi pada Maret, dan pada tahun ini diperkirakan puncak panen baru akan terjadi mulai April.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper