Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stabilisasi Nilai Tukar Antisipasi Isu Global, Cadangan Devisa Tetap Aman

Stabilisasi nilai tukar dilakukan untuk mengantisipasi guncangan sentimen kenaikan Fed Fund Rate dan isu perang dagang AS -- China. Pada akhir Maret 2018, cadangan devisa berada di level US$126 miliar.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Walau Bank Indonesia melakukan stabilisasi nilai tukar, cadangan devisa nasional dipastikan masih aman.

Stabilisasi nilai tukar dilakukan untuk mengantisipasi guncangan sentimen kenaikan Fed Fund Rate dan isu perang dagang AS -- China. Pada akhir Maret 2018, cadangan devisa berada di level US$126 miliar.

Bank Indonesia menyebutkan posisi ini tercatat masih cukup tinggi meskipun lebih rendah dibandingkan posisi akhir Februari 2018.

Selain itum posisi ini merupakan yang terendah sejak Oktober 2018. Posisi cadangan devisa Januari 2018 sebesar US$131,98 miliar merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.

Pj. Kepala Grup Departemen Komunikasi Junanto Herdiawa mengatakan penurunan cadangan devisa pada Maret 2018 terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai seiring terjaganya keyakinan terhadap prospek perekonomian domestik yang membaik dan kinerja ekspor yang tetap positif," tegas Junanto, Jumat (6/4/2018).

Adapun, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,9 bulan impor atau 7,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Junanto menambahkan bank sentral menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengungkapkan bank sentral hadir di pasar selama ada volatilitas rupiah pada Februari hingga Maret.

"Bank Indonesia harus menstabilkan kurs sehingga pada Februari cadangan devisa terpakai sedikit dan Maret juga terpakai sedikit," kata Mirza.

Dia menambahkan fluktuasi nilai tukar akan muncul setiap menghadapi FOMC meeting yang terkait dengan pengumuman kenaikan Fed Fund Rate. Namun, sesudahnya kondisi akan kembali stabil. Menurutnya, itu hal yang normal.

Saat ini, dia melihat kondisi pergerakan rupiah stabil sehingga BI pada April 2018 tidak akan masuk ke pasar untuk melakukan stabilisasi.

Kepala Ekonom Trimegah Securities Fakhrul Fulvian mengungkapkan psikologis pasar memang terganggu melihat cadangan devisa yang naik turun. Tetapi, dia melihat kondisi ini hanya sementara. Pasalnya, volatilitas rupiah tidak akan sekuat zaman taper tantrum.

"Namun, tidak akan sebesar 2013 dan 2015 karena posisi keseimbangan eksternal Indonesia masih sehat," ungkap Fakhrul kepada Bisnis.

Di sisi lain, dia mengingatkan volatilitas rupiah harus dilihat sebagai indikasi kondisi pasar yang sehat karena penyesuaian akibat sentimen domestik dan global akan menjaga neraca berjalan.

Jika intervensi kepada nilai tukar berlebihan hingga menahan di level tertentu, perubahan tiba-tiba secara signifikan akan sangat berbahaya bagi pasar dan ekonomi dalam negeri.

Menurutnya, Indonesia bisa lolos dari taper tantrum karena mekanisme pasar yang dijaga dengan baik dan kebijakan kurs yang dibiarkan fleksibel sesuai pergerakan pasar.

Sekalipun cadangan devisa turun untuk stabilisasi nilai tukar, Fakhrul menegaskan instrumen tersebut merupakan metode yang terbaik. Bahkan secara struktural, BI telah mengatur kebijakan yang kuat untuk penggunaan rupiah dan lindung nilai (hedging).

Tidak sampai di situ, BI dalam tiga tahun terakhir telah berhasil menahan laju inflasi di level yang rendah. "Sejarah menunjukkan terkendalinya inflasi dalam jangka panjang adalah salah satu elemen penting dalam menjaga nilai tukar," ujar Fakhrul.

Saat ini, pasar tengah melihat adanya indikasi inflasi meningkat akibat harga minyak yang naik sehingga rupiah mengalami depresiasi dan penyempitan surplus neraca perdagangan.

Jika kedua risiko ini tidak terbukti dalam beberapa bulan mendatang, Fakhrul yakin rupiah akan stabil.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper