Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asia Pasifik Tertinggal Jauh dalam Transformasi Digital

Bisnis.com, SINGAPURA - Kawasan Asia Pasifik belum sepenuhnya siap menghadapi transformasi digital. Pada 2017 baru 1,2% perusahaan di kawasan ini yang masuk dalam kategori digital disruptors.
Ilustrasi transformasi digital/Flickr
Ilustrasi transformasi digital/Flickr

Bisnis.com, SINGAPURA - Kawasan Asia Pasifik belum sepenuhnya siap menghadapi transformasi digital. Pada 2017 baru 1,2% perusahaan di kawasan ini yang masuk dalam kategori digital disruptors.

Fakta tersebut terungkap dalam Chief Information Officer (CIO) Forum 2018 di Singapura, mengutip data dari International Data Corporation (IDC).  

CIO Forum adalah pertemuan tahunan untuk para eksekutif perusahaan untuk kawasan Asean dan Korea yang digagas oleh VMware Inc, perusahaan perangkat lunak asal California, Amerika Serikat.

Duncan Hewett, Senior Vice President & General Manager Asia Pasifik & Japan VMware mengatakan, selain Jepang, sesungguhnya perusahaan di Asia Pasifik sudah mulai bertransformasi ke arah digital setelah sebelumnya menolak perubahan.

“Wilayah Asia-Pasifik berbeda dalam kematangan teknologi, tetapi satu hal yang umum adalah pengakuan bahwa transformasi digital merupakan katalis bisnis,” katanya di Singapura, Selasa (10/4/2018).

Khusus di kawasan Asia Tenggara, perusahaan dan pemerintah mulai memprioritaskan transformasi digital sebagai landasan dalam pertumbuhan bisnis dan cetak biru pembangunan.

Untuk mewujudkan kemajuan transformasi digital di wilayah ini, lanjut Duncan, penting bagi semua organisasi untuk mengintegrasikan produk dan layanan mereka yang ada tanpa mengkotak-kotakkan satu dengan yang lain.

Dalam studi yang sama juga ditemukan fakta bahwa 86,5% sebagian besar perusahaan yang disurvei masih  tertinggal dalam hal mengintegrasikan produk dan layanan digital mereka di seluruh bisnis untuk memberikan pengalaman yang konsisten bagi penggunanya.

“Lingkungan teknologi informasi di Asia Pasifik sekarang merupakan campuran dari infrastruktur masa lalu ditambah dengan public cloud dan private cloud. Itu yang kami dengar dari beberapa pelanggan terbesar kami," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Abdul Rahman

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper