Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi di Bawah Target, Bank of Korea Pertahankan Suku Bunga Acuan

Bank sentral Korea Selatan mempertahankan suku bunga pada Kamis, (12/4/2018), di tengah inflasi yang masih di bawah target dan perselisihan perdagangan global yang prospek ekonomi negara yang bergantung pada ekspor.
Bank sentral Korea./Reuters
Bank sentral Korea./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Korea Selatan mempertahankan suku bunga pada Kamis (12/4/2018), di tengah inflasi yang masih di bawah target dan perselisihan perdagangan global yang prospek ekonomi negeri ginseng itu bergantung pada ekspor.

Keputusan untuk mempertahankan suku bunga 7-day repo rate sebesar 1,5% diperkirakan oleh 16 analis yang disurvei oleh Bloomberg. Sebagian besar memperkirakan kenaikan berikutnya terjadi pada paruh kedua tahun ini.

Bank of Korea mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa inflasi tahun ini akan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,7%, tanpa memberikan angka pasti. Sementara itu, won melemah dan diperdagangkan pada 1.068,55 per dolar AS pada pukul 11.00 waktu setempat.

Dilansir Bloomberg, fokus investor saat ini tertuju pada petunjuk dari Gubernur Lee Ju-yeol, yang akan memimpin BOK selama empat tahun ke depan, dan padda perkiraan ekonomi bank sentral yang diperbarui.

Ekspor Korea terus berkembang dan mendukung pemulihan ekonomi, tetapi inflasi hanya 1,3% pada Maret, jauh di bawah target 2%. Dalam notulen keputusan suku bunga Februari, beberapa anggota dewan BOK menyatakan keraguan tentang apakah inflasi dapat berakselerasi dalam waktu dekat.

Dalam pandangan yang diperbarui, BOK juga dapat mengungkapkan risiko dari sengketa perdagangan antara China dan AS, dua mitra dagang terbesar Korea. Risiko dapat diimbangi jika anggaran tambahan yang diusulkan pemerintah disetujui, dan China memenuhi janjinya untuk mengizinkan lebih banyak wisatawan melakukan perjalanan ke Korea.

Komentar Lee tentang pasar valuta asing juga akan sangat menarik. BOK dan kementerian keuangan sedang dalam pembicaraan dengan Departemen Keuangan AS dan Dana Moneter Internasional untuk merilis data mengenai intervensi pasar secara terbuka. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper