Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 5 Alasan Mengapa Hong Kong Jadi Fasilitator Hubungan Bisnis Indonesia-China

Hong Kong memainkan peran penting untuk menghubungkan China, Indonesia, dan negara-negara ASEAN lainnya, dengan mendorong para pebisnis Hong Kong dan China untuk berinvestasi di Indonesia. Ini 5 alasannya.

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia terus melakukan pembangunan infrastruktur dan maritim dengan skala besar. Dalam kunjungannya ke Hong Kong untuk bertemu dengan para pelaku bisnis dan investor, Presiden Joko Widodo menjelaskan bahwa pemerintah sedang membangun proyek listrik 35 gigawatt, jalan tol sepanjang 1.000 km, rel kereta api sepanjang 3.258 km, pembangunan 15 bandara baru dan 10 pengembangan bandara yang sudah ada, serta pembangunan dan pengembangan 24 pelabuhan.

Pada saat yang sama, sebagai salah satu mitra erat perdagangan Indonesia, China juga meluncurkan Belt and Road Initiative pada tahun 2013. Inisiatif ini merupakan agenda pembangunan jangka panjang yang bertujuan untuk meningkatkan konektivitas di bidang infrastruktur, sumber daya, pembangunan, kerja sama industri, integrasi finansial, dan sektor-sektor lain di negara-negara yang masuk dalam rencana besar Belt and Road Initiative ini.

Di sinilah Hong Kong memainkan peran penting untuk menghubungkan China, Indonesia, dan negara-negara ASEAN lainnya, dengan  mendorong para pebisnis Hong Kong dan China untuk berinvestasi di Indonesia.

Inilah 5 alasan mengapa Hong Kong berperan penting sebagai fasilitator kerja sama bisnis antara Indonesia dan China:

1. Lebih dari 60% foreign direct investment (FDI) atau investasi ke luar negeri China disalurkan melalui Hong Kong. Di saat yang sama, Hong Kong juga bergerak sebagai perantara bagi 2/3 dari seluruh FDI yang mengalir ke China. Hal ini yang menjadikan Hong Kong sebagai fasilitator yang tepat, untuk menjembatani investasi dari China ke Indonesia, ataupun perusahaan-perusahaan Indonesia yang ingin memasuki pasar China.

2. Di bawah skema “Satu Negara, Dua Sistem”, Hong Kong memiliki arus bebas modal dan pelabuhan bebas-pajak, sistem hukum dan teknologi informatika (TI) yang efektif, serta lembaga keuangan kelas dunia. Karena itulah, investor dari Tiongkok bisa berinvestasi ke sektor-sektor strategis di Indonesia, sementara Hong Kong bisa mendukung di sektor-sektor lain seperti pembiayaan proyek, manajemen proyek, desain arsitektur, manajemen risiko, logistik, dan layanan hukum.

3. Hong Kong dapat menjadi fasilitator transfer teknologi dari China ke Indonesia. Melalui “Belt and Road Initiative”, perusahaan-perusahaan teknologi raksasa di China seperti Tencent dan Alibaba telah mulai berinvestasi di Indonesia. Investasi ini akan mendorong adanya transfer teknologi dari China ke Indonesia, dimana Hong Kong menjadi jembatan dalam hal pendanaan diantara kedua belah pihak.

4. Di Hong Kong, para investor global bisa leluasa mengakses pasar konsumen China, sekaligus mendapatkan kepastian hukum dan regulasi bisnis. Hal ini dikarenakan Hong Kong merupakan negara yang sangat ketat menerapkan ketaatan hukum. Dengan keunggulan ini, para pelaku bisnis di Indonesia bisa melakukan penetrasi ke pasar China dengan lebih mudah. Selain itu, Hong Kong juga terhubung dengan negara-negara yang termasuk dalam Belt and Road Initiative. Secara akumulatif, negara-negara ini menyumbang 30% GDP global dan 30% dari total perdagangan dunia.

5. Selain memfasilitasi hubungan bisnis dua arah antara Tiongkok dan Indonesia, Hong Kong sendiri merupakan investor besar di Indonesia. Menurut data dari BKPM pada tahun 2017, Hong Kong merupakan investor terbesar keempat di nusantara, setelah Singapura, Jepang, dan Tiongkok. Total investasinya mencapai USD 2,1 milyar di tahun lalu. Sementara itu, Indonesia menempati peringkat 22 sebagai pasar ekspor terbesar Hong Kong pada tahun 2017, dimana ekspor Hong Kong ke Indonesia meningkat 7,2% year-on-year.

Untuk mewujudkan peran pentingnya sebagai fasilitator sekaligus menggali kesempatan bisnis untuk Hong Kong, China, dan Indonesia, Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) akan menggelar Hong Kong-Shanghai Investment Mission di Jakarta dari tanggal 25 sampai 27 April 2018, bekerjasama dengan Shanghai Federation of Industry and Commerce, atau yang juga dikenal sebagai Shanghai General Chamber of Commerce.

Delegasi dari Hong Kong akan dipimpin oleh Vincent HS Lo, ketua dari HKTDC dan Dr. Jonathan Choi, selaku ketua dari Chinese General Chamber of Commerce, Hong Kong and Co-mission Leader, dan terdiri dari 40 delegasi lebih dari Hong Kong dan Tiongkok.

Acara ini akan menghadirkan tokoh bisnis dan investasi terkemuka di Indonesia, seperti Thomas Lembong, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM); Dato Sri Tahir, pendiri Mayapada Group; Chairul Tanjung, pendiri dan pemimpin CT Corp; Rosan P. Roeslani, ketua KADIN, dan Shinta Widjaja Kamdani, wakil kepala KADIN dan CEO Sintesa Group, dan masih banyak lagi.

Selain itu, acara ini juga akan membahas dan mengeksplorasi peluang di bidang investasi, pembiayaan, infrastruktur, tenaga profesional, dll. Dalam seminar ini juga akan dibahas bagaimana investor Hong Kong dan Tiongkok dapat bekerja sama dengan Indonesia dalam berbagai proyek infrastruktur, di tengah Indonesia yang sedang giat-giatnya membangun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sutarno
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper