Bisnis.com, JAKARTA -- Eropa tidak akan mendukung AS maupun China dalam perang dagang kedua negara.
Komisioner Eropa untuk Ekonomi dan Finansial Pierre Moscovici mengatakan perdagangan adalah salah satu isu utama yang dibicarakan dengan perwakilan AS dalam Spring Meetings IMF-World Bank yang digelar di Washington, AS pada pekan ini.
Reuters melansir Minggu (22/4/2018), Moscovici bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross, Gubernur The Fed Jerome Powell, Menteri Keuangan Steven Mnuchin, dan penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow.
"Perang dagang sama dengan perang lainnya, semuanya merusak. Kita harus menemukan titik lembut dalam debat yang berlangsung. Artinya, menemukan cara bagi AS dan Uni Eropa (UE) untuk bergerak dari pengecualian sementara menjadi pengecualian permanen," paparnya.
UE menginginkan agar pengecualian sementara atas tarif impor produk aluminium dan baja yang diberlakukan AS bisa diubah menjadi pengecualian permanen.
Moscovici mengklaim pembahasan yang dilakukan antara kedua pihak berlangsung dengan konstruktif dan diharapkan keputusan final dapat dicapai pada 1 Mei 2018. Ini merupakan tanggal yang sama dengan berakhirnya masa pengecualian sementara.
Selain UE, Presiden AS Donald Trump juga memberikan pengecualian sementara kepada sejumlah negara termasuk Kanada dan Meksiko. Tarif impor baru yang ditetapkan adalah 25% untuk produk baja dan 10% untuk produk aluminium.
AS dan China juga terlibat dalam aksi saling balas tarif impor, memicu potensi terjadinya perang dagang.
Menurut Moscovici, China perlu memberlakukan reformasi dan lebih terbuka dalam isu perdagangan. Negeri Panda juga diminta memecahkan masalah kelebihan kapasitas dalam produksi baja.
Tetapi, hal itu harus diselesaikan melalui WTO dan bukan perang dagang.
"Memilih salah satu pihak berarti mendukung terjadinya konfrontasi dan itu bukanlah hal yang benar untuk menangani masalah ini. Tentu ada ketidakseimbangan dan itu harus diselesaikan, memang ada masalah yang perlu dipecahkan, tapi tidak melalui konfrontasi," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel