Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Tegaskan Fundamental Kuat Menghadapi Guncangan Rupiah

Bank sentral menegaskan kondisi fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat menghadapi guncangan di pasar valuta asing.
Petugas menata tumpukan uang rupiah./JIBI-Rachman
Petugas menata tumpukan uang rupiah./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTABank sentral menegaskan kondisi fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat menghadapi guncangan di pasar valuta asing.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan bank sentral pasti siap menghadapi kondisi tekanan terhadap rupiah.

"BI akan terus menjaga stabilitas rupiah dengan terus berada di pasar," kata Dody, Senin (23/4/2018).

Di samping itu, dia menambahkan BI akan terus mendorong bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan sistem keuangan, serta mendorong momentum pertumbuhan melalui percepatan intermediasi perbankan.

"Dengan proyeksi pertumbuhan yang membaik diharapkan dapat meningkatkan confidence atas rupiah," kata Dody.

Saat ini, BI memandang pelemahan rupiah disebabkan oleh dominasi faktor eksternal a.l. kenaikan US treasury menjadi 2,95% sebagai dampak ekonomi makro AS yang membaik sehingga risiko kenaikan FFR meningkat menjadi empat kali dari sebelumnya tiga kali sepanjang tahun ini.

Kemudian, BI menilai adanya tensi perang dagang AS - China yang membesar karena AS kembali menolak rencana investor China yang ingin membeli perusahaan teknologi di AS dan risiko lainnya adalah harga minyak dunia yang naik.

Namun, Dody menegaskan, pelemahan ini dilihat secara persentasenya di mana pelemahannya masih lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara lainnya pada periode yang sama.

"Kinerja rupiah masih terbaik ketiga dari mata uang negara lain," tegas Dody. Secara month-to-date (MTD) 1 April-20 April 2018, rupiah hanya melemah 0,79%. Sementara itu, negara lain seperti Malaysia, India, Turki dan Brazil tercatat lebih buruk.

Secara tahunan (year-to-date/YTD) 1 Januari - 20 April 2018, rupiah melemah sebanyak 2,23%. Kondisi ini jauh lebih baik dari negara lain seperti India, Turki, Brasil, dan Filipina.

Dia mengakui kondisi ini memang ditambah dengan pembelian balas dalam rangka repatriasi dividen kuartal I/2018 dan keperluan hedging valas korporasi sehingga permintaan valas naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper