Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menyatakan akan mengkaji sektor kredit mana saja yang akan terkena imbas fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa sebagai bentuk antisipasi fluktuasi nilai tukar, perseroan juga akan mengawasi posisi forward dan derivatif agar tidak terekspos dengan risiko yang tinggi.
"Yang terus kami jaga agar dampaknya tidak mengenai nasabah, terutama yang menggunakan bahan baku impor dalam dolar dan menjual hasil produksi dalam rupiah," ujarnya di Jakarta, Selasa (24/4/2018).
Menurut Tiko, sapaan akrabnya, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak akhir pekan lalu disebabkan oleh dua hal, yakni meningkatnya pembayaran dividen pada kuartal I/2018 dan keluarnya investor dari bursa saham atau sell off.
Meski demikian, kondisi tersebut tidak akan secara langsung memberikan dampak terhadap kinerja Bank Mandiri terutama terhadap bisnis yang berbasis valuta asing.
"Sebenarnya transaksi dalam valas sudah berkurang sejak peraturan hedging dari Bank Indonesia. Nasabah besar sudah disiplin dalam memberlakukan hedging sehingga harapannya ketahanan korporasi Indonesia terhadap fluktuasi dolar sudah lebih siap dibandingkan pada 1998 atau 2008," tuturnya.
Selain itu, dia menambahkan, fluktuasi nilai tukar tidak akan mempengaruhi suku bunga kredit maupun cost of fund perseroan selama likuiditas dan kredit bank tidak tumbuh terlalu cepat.
Dia mengatakan meskipun Bank Indonesia merespons pelemahan rupiah dengan menaikkan suku bunga mengikuti The Fed, perseroan masih bisa menjaga suku bunga dana simpanan dan suku bunga kredit setidaknya hingga kuartal II/2018 atau kuartal III/2018.
"Walaupun situasi seperti ini kami usahakan terus turunkan suku bunga khususnya di korporasi dan konsumer," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel