Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Yakin Investor Kakap tetap Bertahan di SBN

Di tengah gejolak nilai tukar akibat perkembangan di Amerika Serikat (AS), Bank Indonesia meyakini investor 'kakap' yang memegang portofolio investasi jangka panjang masih tetap bertahan di pasar surat berharga negara (SBN).
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah gejolak nilai tukar akibat perkembangan di Amerika Serikat (AS), Bank Indonesia meyakini investor 'kakap' yang memegang portofolio investasi jangka panjang masih tetap bertahan di pasar surat berharga negara (SBN).

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan memang arus modal keluar lumayan besar, tetapi 'real money' investor masih bertahan. 

"Jadi yang keluar itu adalah investor jangka pendek yang bukan melihat kondisi jangka panjang, tapi dari sisi nilai tukar," kata Nanang  Jumat (4/5/2018).

Dia meyakini hal tersebut karena BI memiliki data individual investor yang memegang SBN. Bahkan, Nanang mengungkapkan beberapa bank sentral negara lain masih bertahan menyimpan SBN Indonesia. 

Kondisi ekonomi Indonesia berbeda pada tahun dibandingkan tahun sebelumnya, terutama kondisi fiskal dan moneter di Tanah Air. Defisit transaksi berjalan Indonesia pada 2017 hanya sekitar 1,7%. Sekalipun kedepannya ada potensi meningkat karena kenaikan impor, namun defisit tersebut masih berada di bawah 3%. 

"Current account masih sehat dan masih bisa direfinancing oleh capital inflow," kata Nanang. Selain itu, dia menilai jarang negara berkembang atau emerging market menawarkan imbal hasil menarik. Terlebih lagi ketika imbal hasilnya sama, namun fundamental ekonomi negaranya berbeda. 

Saat ini, Indonesia memiliki fundamental yang baik dibanding negara berkembang lainnya. Contohnya, Brazil yang memiliki inflasi hampir 9%, sementara Indonesia masih di bawah 3%.  Oleh karena itu, yield Indonesia masih menarik secara fundmental.

Dibandingkan dengan US Treasury yang imbal hasinya sebesar 2,9%, perbedaan imbal hasil SBN tenor 10 tahun Indonesia masih sebesar 400 basis poin. Nilai tersebut masih menarik bagi investor. 

Tantangan ke depannya, kata Nanang, Indonesia harus bisa memastikan kebijakan moneter dan fiskal tetap kredibel dan konsisten. Kondisi moneter dan fiskal yang kredibel ini sudah dibuktikan dengan kredit rating utang Indonesia yang sudah berada di level investment grade. 

“Jadi itu adalah modal dasar untuk memperkuat keyakinan kita bahwa kita bisa keluar dari tekanan ini." 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper