Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mata Uang Virtual Digandrungi, Ini Penyebabnya

Demam cryptocurrency mungkin telah mereda, tetapi roller coaster perdagangannya justru telah meningkatkan pertaruhan bagi para investor untuk memahami arah mata uang virtual.
Bitcoin./.Reuters-Dado Ruvic
Bitcoin./.Reuters-Dado Ruvic

Bisnis.com, JAKARTA – Demam cryptocurrency mungkin telah mereda, tetapi roller coaster perdagangannya justru telah meningkatkan pertaruhan bagi para investor untuk memahami arah mata uang virtual.

Apakah cryptocurrency aset keuangan, mata uang, komoditas, atau sesuatu yang sama sekali baru? Bitcoin dan cryptocurrency lainnya telah menghadapi pengkategorian macam ini sejak menghentak kesadaran publik tahun lalu.

Perdebatan sengit yang mengemuka, di antaranya tentang bagaimana cryptocurrency harus masuk ke dalam rata-rata portofolio investor atau memang selayaknya jadi bagian dari portofolio.

Bagaimanapun Anda mendefinisikannya, cryptocurrency menjadi sulit untuk diabaikan sejak kenaikannya menghampiri level US$20.000 pada Desember 2017 (meskipun pada 2 Mei merosot hingga level US$9,145 setelah aksi jual baru-baru ini).

Walaupun kinerja di masa lalu tentu saja tidak menjamin hasil di masa mendatang, terdapat analisa terhadap aksi token-token digital dalam 16 bulan terakhir demi menjelaskan apa yang akan terjadi jika Anda memutuskan untuk HODL (hold/menahan) terlepas dari adanya FUD (fear/kekhawatiran, uncertainty/ketidakpastian, dan doubt/keraguan).

Fluktuasi Nilai

Seperti diketahui, tidak akan mengejutkan siapa pun yang mengikuti pergerakan liar Bitcoin, tetapi volatilitas dan mata uang virtual berjalan beriringan. Bisa menjadi hal yang baik ketika nilainya meningkat. Tetapi bisa juga menakutkan ketika pasar bergerak turun.

Ini yang jadi satu alasan mengapa investor cenderung mengejar return yang lebih tinggi dari kelas-kelas aset yang lebih bergejolak.

Selama 16 bulan terakhir, cryptocurrency telah mencatat pergerakan yang lebih besar daripada saham, obligasi, komoditas, dan mata uang tradisional.

Beberapa investasi noncryptocurrency yang sama besarnya dalam hal pergerakan seperti kebanyakan token, termasuk saham Steinhoff International Holdings NV, perusahaan Afrika Selatan yang terlibat dalam skandal akuntansi, dan obligasi yang diterbitkan oleh Bank Otkritie FC, penerima bailout keuangan terbesar di Rusia.

Volatilitas yang ekstrim mungkin adalah argumen terbesar atas perlakuan terhadap cryptocurrency. Salah satu aturan utama untuk mata uang yang baik adalah harus menyimpan nilai yang stabil.

Anda tentunya tidak ingin menghabiskan Bitcoin untuk membeli bahan makanan hari ini jika Anda berpikir nilai cryptocurrency mungkin akan melonjak besok, atau sebaliknya memperoleh gaji dalam bentuk Bitcoin jika Anda berpikir nilainya akan jatuh.

Bitcoin Paling Menjulang

Dibandingkan dengan saham atau obligasi, aktivitas perdagangan dan kapitalisasi pasar di antara cryptocurrency sangat terkonsentrasi di dalam sekelompok kecil pemain.

Saat pamor Bitcoin telah berkurang dalam beberapa bulan terakhir di tengah munculnya apa yang disebut sebagai koin alternatif, seperti EOS dan Litecoin, pada dasarnya Bitcoin masih menjulang di atas cryptocurrency lain.

Menurut David Drake, pendiri LDJ Capital yang berinvestasi dalam cryptocurrency, satu poin penting bagi investor adalah bahwa menjual cryptocurrency yang kurang dikenal mungkin lebih sulit daripada yang terlihat.

Membeli token yang lebih kecil ini harus dianggap seperti investasi modal ventura tahap awal, yang seringkali membutuhkan kepemilikan untuk waktu lama.

Bagaimana Aset Mempengaruhi Satu Sama Lain

Pengelola uang dapat mengantisipasi bagaimana pergerakan di satu pasar akan mempengaruhi harga di pasar lain karena sebagian besar saham, obligasi, komoditas, dan mata uang memiliki kaitan.

Beberapa investasi (misalnya saham AS dan saham Eropa) berbagi karakteristik yang berarti mereka cenderung naik dan turun bersama-sama, sedangkan aset berisiko (obligasi emerging market) dan safe haven (emas, yen) biasanya bergerak berlawanan arah.

Sementara itu, beberapa aset tidak memiliki korelasi satu sama lain. Berinvestasi dalam portofolio aset yang berperilaku dengan cara berbeda dapat membantu mengurangi risiko yang dihadapi investor.

Cryptocurrency memiliki hubungan yang lemah dengan kelas-kelas aset yang sudah ada, bisa baik atau buruk tergantung pada peran apa yang Anda ingin untuk mereka mainkan dalam portofolio Anda.

Ini bisa berubah jika lebih banyak investor institusi seperti bank dan hedge fund mulai membeli token digital, tetapi untuk saat ini kebanyakan cryptocurrency hanya bergerak sejalan satu sama lain.

Sekalipun demikian, ada lebih banyak aktivitas di ruang ini dibandingkan dengan setahun lalu, meskipun sejumlah investor baru telah meninggalkannya.

“Apapun yang bernilai US$400 miliar tidak akan diabaikan terlalu lama,” ujar Dan Morehead, chief executive officer Pantera Capital Management LP, kepada Bloomberg TV.

Masuk Terlebih Dulu

Ada strategi pasar saham yang telah teruji waktu, yakni membeli saham sebuah perusahaan dalam penawaran umum perdananya (IPO) dengan harapan mendapatkan keuntungan yang cepat setelah saham mulai diperdagangkan.

Dalam penawaran koin perdana (ICO), dimana token digital ditawarkan alih-alih saham, dinamika serupa dimainkan. CoinDesk memperkirakan aksi ICO telah menghimpun hampir US$13 miliar untuk startup yang terkait dengan blockchain.

Meskipun kualitas ICO sangat bervariasi dan rentang return-nya jauh lebih luas daripada IPO teknologi, mayoritas koin yang lebih besar telah memberikan keuntungan jangka pendek yang menarik. Namun seberapa lama ini akan berlangsung tidak dapat diduga, ketika pemerintah di seluruh dunia meningkatkan pengawasan terhadap ICO.

Penting untuk diingat bahwa, seperti di pasar manapun, kinerja historis cryptocurrency merupakan panduan kasar tentang masa depan.

Ketika pihak regulator mulai memperhatikan keberadaannya dan antusiasme seputar cryptocurrency memudar, bisa jadi aksi jual baru-baru ini pertanda masa sulit yang akan datang. Atau mungkin juga itu sekadar titik sebelum kenaikan berikutnya. Apapun itu, investor harus melangkah hati-hati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper