Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF: Outlook Ekonomi Asia Kuat, tapi Pengetatan Finansial Global Mendadak dan Proteksionisme Jadi Ancaman

Meski outlook pertumbuhan ekonomi Asia tetap kuat, tapi kawasan ini dinilai rentan terhadap pengetatan kondisi finansial global, koreksi pasar yang lebih jauh, dan perubahan menuju kebijakan proteksionisme.
Petugas memantau pemindahan kontainer ke atas kapal di New Priok Container Terminal One (NPCT 1), Jakarta, Senin (12/3)./JIBI-Dwi Prasetya
Petugas memantau pemindahan kontainer ke atas kapal di New Priok Container Terminal One (NPCT 1), Jakarta, Senin (12/3)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA -- Meski outlook pertumbuhan ekonomi Asia tetap kuat, tapi kawasan ini dinilai rentan terhadap pengetatan kondisi finansial global, koreksi pasar yang lebih jauh, dan perubahan menuju kebijakan proteksionisme.

Dalam laporan IMF yang disampaikan Rabu (9/5/2018), pertumbuhan ekonomi Asia diproyeksi mencapai 5,6% pada tahun ini dan tahun depan. Perkiraan itu lebih tinggi 0,1% dari laporan proyeksi terdahulu yang dikeluarkan pada Oktober 2017 dan mencakup dua pertiga dari total pertumbuhan ekonomi global.

Naiknya proyeksi didorong oleh pertumbuhan dan perdagangan global yang kuat dan luas, didukung oleh stimulus fiskal di AS. Namun, dalam jangka panjang, tekanan dari risiko yang ada dinilai lebih besar.

"Asia tetap rentan terhadap pengetatan kondisi finansial global secara tiba-tiba dan tajam, sedangkan di sisi lain periode pelonggaran yang terlalu lama juga berisiko menimbulkan kerentanan finansial dan pinjaman yang lebih besar," sebut IMF, seperti dilansir dari Reuters.

Perubahan situasi, yang dapat dipicu oleh naiknya inflasi secara tiba-tiba di AS atau meningkatnya ketegangan perdagangan AS-China, akhirnya bisa menyebabkan pengetatan kondisi finansial global secara mendadak.

IMF melanjutkan keuntungan globalisasi belum dirasakan dengan merata dan, berkaca pada perang tarif yang belum lama terjadi, pergeseran ke kebijakan proteksionisme menjadi risiko tersendiri dengan potensi munculnya gangguan terhadap perdagangan internasional serta pasar finansial.

Risiko lain yang dihadapi meliputi ketegangan geopolitik, serangan siber, dan perubahan iklim. Jumlah penduduk berusia lanjut juga dapat membebani ekonomi, sedangkan digitalisasi bisa menimbulkan ketidakpastian.

Untuk itu, IMF menyatakan sebagian besar negara Asia harus memperkuat penyangga kebijakan masing-masing.

Saat ini, dengan masih moderatnya tekanan terhadap upah dan harga, kebijakan moneter eksisting bisa tetap akomodatif bagi sebagian besar negara Asia. Namun, bank sentral harus siap menyesuaikan kebijakannya sejalan dengan naiknya inflasi dan harus menggunakan kebijakan makroprudensial untuk menyelaraskan pertumbuhan kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper