Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anwar Nasution Beri Saran Ini Untuk Meredam Polemik Utang

Indonesia merupakan negara besar, tetapi memiliki rasio pajak terendah diantara negara-negara Asean lain, yakni hanya 10,9% pada tahun 2017. Adapun, menurut IMF, target minimal tax ratio bagi suatu negara untuk bisa menjamin pembangunan berkelanjutan adalah 12,75%.
Komisaris Utama Anwar Nasution (keempat kiri), didampingi jajaran direksi lainnya bersiap memotong tumpeng dalam rangka HUT ke-25 Bank Muamalat, di Jakarta, Rabu (3/5)./JIBI-Dwi Prasetya
Komisaris Utama Anwar Nasution (keempat kiri), didampingi jajaran direksi lainnya bersiap memotong tumpeng dalam rangka HUT ke-25 Bank Muamalat, di Jakarta, Rabu (3/5)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA -- Mantan Ketua BPK, Anwar Nasution berharap pemerintah dapat mengoptimalkan penerimaan pajak dan ekspor, sehingga polemik utang tidak terus membesar.

"Pajak harus masuk dan ekspor harus naik, kalau tidak seperti itu utang tidak bisa dibayar," katanya dalam Seminar Nasional Kwik Kian Gie School of Business di Jakarta, Rabu (16/5/2018).

Dia mengatakan Indonesia merupakan negara besar, tetapi memiliki rasio pajak terendah diantara negara-negara Asean lain, yakni hanya 10,9% pada tahun 2017. Adapun, menurut IMF, target minimal tax ratio bagi suatu negara untuk bisa menjamin pembangunan berkelanjutan adalah 12,75%.

Rendahnya peneriamaan pajak, lanjut Anwar, menyebabkan negara sulit membiayai beberapa belanja krusial, seperti belanja untuk pertahanan, sosial, hingga, pembiayaan utang.

Dia berharap, pemerintah dapat tegas dalam pemungutan pajaknya, karena hanya dengan begitu penerimaan pajak dapat optimal. "Short term pain, long term gain, itu yang harusnya dilakukan," imbuhnya.

Selain itu, Anwar mengatakan, pemerintah harus memperbaiki industri, terutama yang berbasis ekspor, karena masih tingginya ekspor komoditas menyebakan pelemahan nilai tukar rupiah tidak dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor. "Sehingga, akhirnya nilai tukar melemah, tapi ekspor tidak naik, dan akhirnya utang pun sulit terbayar," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper