Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembiayaan Modal Kerja Tergerus Financing Investasi

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai statistik lembaga pembiayaan per Maret 2018 menunjukkan, pembiayaan modal kerja sebesar Rp22,85 triliun atau 5,45% dari total piutang pembiayaan sebesar Rp419,20 triliun.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA - Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai statistik lembaga pembiayaan per Maret 2018 menunjukkan, pembiayaan modal kerja sebesar Rp22,85 triliun atau 5,45% dari total piutang pembiayaan sebesar Rp419,20 triliun.

Angka tersebut mengalami penurunan sebanyak 2,14% dari periode yang sama tahun sebesar Rp23,35 triliun. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan pembiayaan modal kerja tumbuh pesat pada dua tahun yang lalu. Namun sekarang, trennya pembiayaan investasi lebih diminati.

Suwandi mengatakan, artinya saat ini konsumen lebih membutuhkan dana yang bersifat jangka panjang ketimbang modal kerja yang jangka pendek.

"Sekarang orang lari ke [pembiayaan] investasi, karena tadinya kan mereka enggak mau investasi, paling butuh modal kerja. Kalau skrg mereka larinya ke pembiayaan investasi," ujar Suwandi kepada Bisnis.com, Kamis (17/5/2018).

Dia melanjutkan, beralihnya tren pembiayaan ke investasi juga dipengaruhi harga komoditas yang membaik. Hal itu mendorong aktivitas industri bergairah yang berdampak pula pada arus investasi.

"Sekarang ini batu bara sudah mulai naik, tambang-tambang sudah mulai naik, orang beli-beli alat [berat]," ujarnya.

Berdasarkan data statistik yang sama, pembiayaan investasi jauh mengungguli pembiayaan modal kerja, yakni mencapai Rp124,09 triliun atau 29,59% ari total piutang pembiayaan. Sedangkan yang paing mendominasi adalah pembiayaan multiguna sebesar Rp245,90 triliun atau 58,66% dari total piutang pembiayaan.

Suwandi memprediksi tahun ini porsi pembiayaan modal kerja terhadap total piutang pembiayaan industri multifinance belum akan beranjak dari satu digit.

"Semua lini usaha kami dorong, tergantung masing-masing melihatnya yang mau yang mau dibesarkan, yang mana yang lebih ada kesempatan. Tahun ini lebih banyak ke pembiayaan investasi, yang meningkatnya banyak," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Anggi Oktarinda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper