Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Bunga Acuan Bank Indonesia Sulit Bendung Capital Outflow

Center of Reform on Economy (CORE) Indonesia berharap Bank Indonesia dan Pemerintah dapat berhati-hati, karena penanganan yang terlambat dapat menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah berlanjut.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bersiap menggelar konferensi pers terkait langkah BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, di Jakarta, Kamis (26/4/2018)./REUTERS-Willy Kurniawan
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bersiap menggelar konferensi pers terkait langkah BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, di Jakarta, Kamis (26/4/2018)./REUTERS-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA -- Center of Reform on Economy (CORE) Indonesia berharap Bank Indonesia dan Pemerintah dapat berhati-hati, karena penanganan yang terlambat dapat menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah berlanjut.

CORE menilai kebijakan suku bunga Bank Indonesia sudah dapat ditebak pasar tidak akan besar, sehingga pasar sudah mengambil keputusan lebih awal dan capital outflow sulit ditahan.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah masih terus mengalami pelemahan, meski suku bunga BI telah menaikkan suku bunganya menjadi 4,5%. "Kondisi ini lebih lanjut menyiratkan gejolak nilai tukar tidak akan berlangsung temporer, masih cukup panjang menuju kestabilan nilai tukar, tugas BI dan pemerintah semakin tidak mudah," kata Direktur Riset CORE, Pieter Abdullah Redjalam kepada Bisnis di Jakarta, Jumat (18/5/2018).

Dia menilai, sinyal kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin sudah disampaikan oleh Bank Indonesia sekitar seminggu yang lalu, dan sudah dibaca oleh pasar.

Maksudnya investor sudah memperkirakan kenaikan suku bunga tidak akan tinggi, dan dengan cepat mengambil keputusan untuk mengompensasikan investasinya lebih awal.

"Sehingga dampaknya sudah tidak ada lagi, dan pasar mungkin melihat kenaikan 25 bps tidak cukup besar untuk menahan capital outflow, atau bahkan untuk menarik kembali investasi yang sudah keluar," tegasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper