Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Belum Bisa Perkirakan Dampak Kenaikan Suku Bunga

Bisnis.com, JAKARTA Pemerintah menilai saat ini bukan waktu yang tepat untuk memproyeksi dampak kenaikan suku bunga pada pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution (kiri), dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, seusai menghadiri pembukaan Industrial Summit 2018, di Jakarta, Rabu (4/4/2018)./JIBI-M. Richard
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution (kiri), dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, seusai menghadiri pembukaan Industrial Summit 2018, di Jakarta, Rabu (4/4/2018)./JIBI-M. Richard

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menilai saat ini bukan waktu yang tepat untuk memproyeksi dampak kenaikan suku bunga pada pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Sebab, dalam kondisi yang bergejolak akan wajar jika Bank Indonesia melakukan pengetatan kebijakan moneter sebagai langkah stabilisasi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pada kondisi saat ini setiap pihak akan memahami perlunya kebijakan kenaikan suku bunga. Sebab pilihan cukup riil memang antara pro stability atau pro growth. Apalagi, kemarin Bank Sentral terlambat dalam melakukan eksekusi kenaikan suku bunga.

"Sebenarnya sebagai pemerintah belum boleh banyak bicara soal langkah BI. Artinya, dalam situasi seperti ini pilihan antara suku bunga dan kurs itu memang cukup riil karena kita pada waktu menaikan suku bunga kemarin agak terlambat," katanya, akhir pekan lalu.

Untuk itu, dalam kaitannya dampak pada pertumbuhan ekonomi Darmin masih akan melihat sejauh apa langkah-langkah lain yang akan diambil Bank Indonesia.

Adapun, dari sisi kurs rupiah terhadap dolar yang kini semakin membaik masih akan bergantung pada aktivitas Amerika Serikat ke depan. Persoalan pelemahan rupiah, bagi Darmin, hanya merupakan reaksi ekonomi Indonesia saja.

Dirinya pun menduga, masih akan ada lagi gejolak yang berasal dari sejumlah negara lain, mungkin Korea atau yang lainnya.

Sehingga, belum bisa dikatakan saat ini rupiah sudah memasuki ekuilibriumnya. Bahkan, mantan Gubernur Bank Indonesia ini memproyeksi masih ada sedikit celah untuk penguatan rupiah ke depan.

Prinsipnya Darmin menilai sebagai Gubernur Indonesia yang baru dilantik, Perry Warjiyo baiknya tidak perlu ekstrim dalam memilih kebijakan.

Sebab, seiring dengan berjalannya perkembangan saat ini target untuk pro growth dan pro stability tidak akan selalu dapat dikerjakan dua-duanya.

"Tidak selalu harus dua-duanya sekaligus dikerjakan, bisa saja dipilih salah satu dalam waktu tertentu, dengan tidak perlu memilih secara ekstrim," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper