Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Batas Bawah Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 5,17%, BKF Klaim Pemerintah Tak Pesimistis

Kementerian Keuangan mengklaim penentuan batas bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi di level 5,17% bukan menggambarkan pesimisme pemerintah.
Petugas beraktivitas di New Priok Container Terminal (NPCT), Kali Baru, Cilincing, Jakarta, Senin (5/2). PT Pelabuhan Indonesia II atau IPC untuk kinerja tahun 2018 menargetkan pendapatan usaha naik 11.02%./ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Petugas beraktivitas di New Priok Container Terminal (NPCT), Kali Baru, Cilincing, Jakarta, Senin (5/2). PT Pelabuhan Indonesia II atau IPC untuk kinerja tahun 2018 menargetkan pendapatan usaha naik 11.02%./ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Keuangan mengklaim penentuan batas bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi di level 5,17% bukan menggambarkan pesimisme pemerintah.

Seperti diketahui, baru-baru ini Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa internal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksi pertumbuhan ekonomi 2018 berada pada kisaran 5,17%-5,4%. Batas bawah tersebut cukup mengejutkan karena lebih rendah dari proyeksi Bank Indonesia (BI) baru-baru ini, yakni 5,2%.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Adriyanto menjelaskan penetuan kisaran tersebut merupakan hasil pembahasan internal kementerian, yang menentukan tiga skenario pertumbuhan ekonomi.

"Ada tiga skenario yaitu pesimis, netral, dan optimis. Tetapi, bukan berarti pemerintah pesimis," katanya kepada Bisnis, Rabu (30/5/2018).

Adriyanto menerangkan dalam kenario pesimistik, ada beberapa hal yang kurang menguntungkan dalam kondisi global seperti kenaikan suku bunga acuan di AS, membaiknya kondisi perekonomian AS, dan perang dagang. Faktor-faktor itu memberi hambatan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

"Tetapi, semua itu lebih bersumber dari eksternal dan tidak ada masalah dalam struktur ekonomi kita," tegasnya.

Sementara itu, Kepala BKF Kemenkeu Suahasil Nazara menyatakan dengan dinamika global yang cukup bergejolak tersebut, pihaknya akan lebih mengutamakan stabilitas ekonomi dibanding sekadar mengejar pertumbuhan at all cost.

"Tidak akan ada pertumbuhan di jangka menengah jika tidak ada stabilitas di jangka pendek," ucapnya kepada Bisnis.

Namun, pihaknya terus mengamati kondisi ekonomi domestik dan global.

"Saat ini, terus terjadi perbaikan gerak ekonomi dibanding tahun lalu. Investasi, ekspor, konsumsi rumah tangga dan pemerintah terus tumbuh," tambah Suahasil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper