Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Komentar Kemenkeu soal Defisit Neraca Dagang

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan tren defisit neraca perdagangan yang terjadi selama beberapa bulan belakangan bisa dilihat dalam beberapa aspek.
Kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Sabtu (1/4)./JIBI-Nurul Hidayat
Kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Sabtu (1/4)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan tren defisit neraca perdagangan yang terjadi selama beberapa bulan belakangan bisa dilihat dalam beberapa aspek.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Suahasil Nazara mengatakan bahwa memang kalau dilihat sekilas impor selama beberapa bulan terakhor memang naik. Tetapi kalau dilihat lebih detail komponen impor lebih besar terkait dengan yang memiliki implikasi positif ke perekonomian.

"Jadi tren peningkatan impor yang seperti itu tidak apa-apa," kata Suahasil di Kantor Kemenkeu, Senin (25/6/2018).

Defisit perdagangan yang terjadi bulan ini, menurutnya, disebabkan oleh net impor migas yang semakin membesar. Kondisi ini dipicu oleh produksi migas domestik yang semakin menurun, tetapi kebutuhan konsumsi cukup tinggi.

Sementara itu untuk impor nonmigas, porsinya cenderung lebih kecil, yang untuk bulan lalu terkait dengan impor untuk menjaga komoditas pangan dan alutsista.

"Ini yang sifatnya one time dan infrastructure related," ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2018 defisit US$1,52 miliar.

Nilai defisit ini diperoleh dari posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$16,12 miliar atau lebih rendah dibandingkan dengan nilai neraca impor sebesar sebesarUS$17,64 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto menyatakan defisit tersebut dipicu oleh impor migas yang meningkat lebih tinggi, dipengaruhi oleh harga migas.

"Kami harapkan ke depannya kembali surplus karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal dua," ujar Suhariyanto, Senin (25/6/2018).

Berdasarkan tahun kalender, sepanjang Januari hingga Mei 2018, neraca perdagangan juga mengalami defisit sebesar US$2,83 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper