Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Pengetatan Moneter BI Jaga Stabilitas Makro Dalam Jangka Pendek

Ekonom Permata Bank, Josua Pardede menilai pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh level 14.400 per dolar AS masih dipengaruhi ekspektasi normalisasi kebijakan moneter Federal Reserve dan kekhawatiran semakin panasnya isu perang dagang.
Petugas mengangkut tumpukan uang kertas pada bagian pelayanan perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/6)./Antara-Moch Asim
Petugas mengangkut tumpukan uang kertas pada bagian pelayanan perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/6)./Antara-Moch Asim

Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonom Permata Bank, Josua Pardede menilai pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh level 14.400 per dolar AS masih dipengaruhi ekspektasi normalisasi kebijakan moneter Federal Reserve dan kekhawatiran semakin panasnya isu perang dagang. Oleh karena itu, pengetatan kebijakan moneter BI saat ini diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dalam jangka pendek.

“Penguatan dolar AS tersebut masih didorong oleh ekspektasi normalisasi kebijakan moneter Federal Reserve System serta ketidakpastian isu perang dagang antara AS dan China,” katanya kepada Bisnis, Jumat (29/6/2018).

Kekhawatiran isu perang dagang tersebut, lanjutnya, mendorong pelemahan nilai tukar mata uang Yuan China yang akan berdampak lanjutan pada sebagian besar mata uang Asia, termasuk rupiah.

Dia memperkirakan, Bank Indonesia (BI) akan berfokus dalam mengambil kebijakan untuk mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Selain itu, BI juga diperkirakan akan terus mempeketat kebijakan moneternya dengan pertimbangan pelebaran defisit transaksi berjalan tahun ini.

“Dengan mempertimbangkan pelebaran defisit transaksi berjalan pada 2018 ke level 2,2%-2,3% terhadap PDB. Hal ini terindikasi dariperkembangan neraca perdagangan yang mencapai defisit US$2,8 miliar sepanjang Januari-Mei 2018,” katanya.

Menurutnya, pengetatan kebijakan moneter BI saat ini diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dalam jangka pendek. Hal itu, diharapkan dapat menahan keluarnya dana asing dari pasar keuangan domestik.

Secara tahun kalender, tuturnya, investor asing telah membukukan penjualan bersih senilai US$3,8 miliar baik di pasar saham dan pasar obligasi. “Selain memperketat kebijakan monteternya, BI akan mengoptimalisasi bauran kebijakannya dengan melonggarkan kembali kebijakan makroprudensial yang diharapkan dapat tetap mendorong sisi permintaan kredit perbankan khususnya kredit konsumsi,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper