Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada NTP Bisa Kembali Tertekan

Setelah meningkat selama dua bulan berturut-turut, Nilai Tukar Petani (NTP) terancam kembali turun seiring dengan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi akibat kenaikan harga bahan bakar dan pelemahan rupiah.
Petani menyiapkan bibit padi di persawahan Desa Tanjung, Pademawu, Pamekasan, Madura, Kamis (27/4)./Antara-Saiful Bahri
Petani menyiapkan bibit padi di persawahan Desa Tanjung, Pademawu, Pamekasan, Madura, Kamis (27/4)./Antara-Saiful Bahri

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah meningkat selama dua bulan berturut-turut, Nilai Tukar Petani (NTP) terancam kembali turun seiring dengan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi akibat kenaikan harga bahan bakar dan pelemahan rupiah.

Ekonom Indef Rusli Abdullah mengungkapkan kedua faktor ini diperkirakan akan memicu pergerakan inflasi yang lebih tinggi sehingga mempengaruhi harga yang dibayar petani untuk keperluan produksi dan konsumsinya.

"Kemungkinan Juli ketika inflasi tinggi karena ada kondisi nilai tukar dan ketidakpastian ekonomi, ditambah dengan musim panen [Agustus dan September] mungkin NTP akan turun," ungkap Rusli kepada Bisnis, Selasa (4/7/2018).

Dia berharap pemerintah akan tetap berupaya keras untuk menjaga laju inflasi ke depannya demi menjaga stabilitas harga yang dibayar petani. Selain itu, resi gudang harus diaktifkan ketika pasokan berlebih saat panen raya. Ketika pasokan berlebih, pemerintah juga harus tetap membeli produksi pertanian sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Perbaikan Nilai Tukar Petani kembali berlanjut pada Juni 2018 di tengah laju inflasi perdesaan yang meningkat

Berdasarkan hasil pantauan harga-harga di perdesaan di 33 Propinsi, Nilai Tukar Petani (NTP) per Juni 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,05% menjadi 102,04, dibandingkan NTP bulan sebelumnya sebesar 101,99.

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan indeks harga yang diterima pertani terhadap indeks harga yang dibayar petani.

NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi petani.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menuturkan kenaikan NTP disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani lebih tinggi karena indeks harga yang dibayar petani

"Ini indikator positif karena NTP menunjukkan daya beli petani," ujar Suhariyanto, Senin (2/7/2018).

Dalam catatan BPS, indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,36% lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,3%. Berdasarkan per subsektornya, Suhariyanto menuturkan perkembangan NTP cukup mengembirakan. NTP tanaman pangan, holtikultura, perikanan dan peternakan seluruhnya mengalami kenaikan, kecuali NTP tanaman perkebunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper