Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beige Book The Fed: Ekonomi AS Tetap Tumbuh Meski Isu Perdagangan Merebak

Survei teranyar oleh Federal Reserve Amerika Serikat (AS) menunjukkan ekspansi ekonomi tetap berjalan di AS dan pasar tenaga kerja yang lebih ketat pada bulan Juni dan awal Juli. Ini terlihat bahkan ketika isu tarif meningkatkan kekhawatiran di antara produsen serta mendorong beberapa harga produsen.
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing

Bisnis.com, JAKARTA – Survei teranyar oleh Federal Reserve Amerika Serikat (AS) menunjukkan ekspansi ekonomi tetap berjalan di AS dan pasar tenaga kerja lebih ketat pada bulan Juni dan awal Juli. Ini terjadi ketika isu tarif meningkatkan kekhawatiran di antara produsen serta mendorong beberapa harga produsen.

Laporan ekonomi yang tertuang dalam Beige Book, yang dihimpun oleh 12 distrik Federal Reserve di AS hingga 9 Juli 2018, memaparkan bahwa 10 di antara distrik tersebut melaporkan terlihatnya pertumbuhan yang moderat.

“Produsen di seluruh distrik mengungkapkan keprihatinan tentang tarif. Selain itu, banyak distrik melaporkan harga yang lebih tinggi dan gangguan pasokan yang dikaitkan dengan kebijakan perdagangan baru,” menurut laporan tersebut yang dirilis Rabu (18/7/2018) waktu setempat di Washington, dikutip Bloomberg.

“Seluruh distrik melaporkan bahwa pasar tenaga kerja terlihat ketat dan banyak yang mengatakan bahwa ketidakmampuan untuk mendapatkan tenaga kerja menghambat pertumbuhan.”

Laporan tersebut mencerminkan meningkatnya keresahan di antara perusahaan-perusahaan Amerika atas potensi dampak perselisihan perdagangan yang diprakarsai oleh Presiden Donald Trump.

Pengenaan tarif membantu mendorong harga kayu dan logam naik, meskipun hanya memberi sedikit beban biaya kepada konsumen.

Tekanan harga diperkirakan akan meningkat lebih lanjut pada beberapa distrik, menurut Beige Book itu. Sementara itu, distrik lainnya akan mengalami tekanan harga dengan laju yang moderat.

Seperti diketahui, pemerintah AS telah memberlakukan tarif untuk impor baja dan aluminium dari sejumlah mitra dagangnya. AS juga telah menargetkan impor China senilai US$34 miliar serta berencana melakukan langkah lanjutan terhadap lebih banyak impor China senilai US$16 miliar.

China, Uni Eropa, dan sejumlah negara lainnya pun telah melancarkan aksi balasan serupa terhadap ekspor Amerika.

Di hadapan anggota parlemen AS pada Selasa (17/7), Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa proteksionisme dapat merugikan pertumbuhan ekonomi dan berpotensi melemahkan upah.

“Secara umum, negara-negara yang tetap terbuka terhadap perdagangan, yang belum membangun hambatan termasuk tarif, telah tumbuh lebih cepat. Mereka memiliki pendapatan dan produktivitas yang lebih tinggi,” tutur Powell dalam testimoninya kepada Komite Perbankan Senat.

Powell mengulangi kekhawatiran serupa dalam penyampaian testimoninya di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS pada Rabu (18/7).

Pakar ekonomi Deutsche Bank AG, Torsten Slok, menuliskan dalam risetnya pada Rabu (18/7), bahwa perlambatan ekonomi yang disebabkan perselisihan perdagangan merupakan risiko penurunan paling penting terhadap suku bunga, ekuitas, dan dolar selama beberapa bulan mendatang.

Survei regional The Fed itu juga menunjukkan jika meningkatnya biaya input adalah salah satu dari banyak peningkatan biaya yang dihadapi perusahaan-perusahaan. Sebagian besar distrik mengatakan pengusaha mengalami kesulitan mencari pekerja yang berkualitas.

Beberapa distrik mengatakan sejumlah perusahaan bahkan membayar lebih banyak untuk menarik dan mempertahankan pekerja.

Beberapa perusahaan merespons kekurangan tenaga kerja lewat bermitra dengan sekolah-sekolah, membuat status pekerja sementara menjadi permanen, menambah jam kerja, dan memperkuat upaya retensi, survei itu menunjukkan. Adapun enam distrik mengatakan kapasitas truk harus diperlebar karena kurangnya tenaga sopir.

Laporan tersebut menambah bukti bahwa The Fed sedang menganalisa untuk mempertahankan jalur kenaikan suku bunga bertahap saat ini, dengan arah satu atau dua kenaikan tambahan tahun ini.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) sendiri telah menaikkan biaya pinjaman sebanyak dua kali sepanjang tahun ini dan akan menggelar pertemuan kebijakan moneter berikutnya pada 31 Juli-1 Agustus di Washington.

Sementara itu, tingkat pengangguran di AS merosot menjadi 3,8% pada bulan Mei, mencapai level terendahnya sejak 1969, sebelum kemudian naik hingga 4% pada bulan Juni.

Tingkat upah, bagaimanapun, terus meningkat meski secara moderat, dengan kenaikan penghasilan per jam secara year-on-year mencapai 2,7% pada bulan Juni.

Adapun ekonomi AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 2% di kuartal pertama. Laju itu diperkirakan akan meningkat dua kali lipat menjadi 4% di kuartal kedua, menurut para analis dalam survei Bloomberg.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper