Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Gejolak Eksternal, Suku Bunga BI Berpotensi Naik Lagi

Ekonom menilai tingkat suku bunga Bank Indonesia berpotensi naik 50 basis points secara kumulatif ke angka 5,75% hingga akhir 2018.n 
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ketiga kanan) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18-19 Juli 2018 di Gedung BI, Jakarta, Kamis (19/7)./Bisnis-Hadijah Alaydrus
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ketiga kanan) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18-19 Juli 2018 di Gedung BI, Jakarta, Kamis (19/7)./Bisnis-Hadijah Alaydrus

Bisnis.com, SEMARANG -- Ekonom menilai tingkat suku bunga Bank Indonesia berpotensi naik 50 basis points (50 bps) secara kumulatif ke angka 5,75% hingga akhir 2018.

Ekonom Bank UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjadja mengatakan langkah tersebut bisa diambil sebagai respons untuk menghadapi gejolak eksternal. Ada pula risiko-risiko yang lebih besar dari kenaikan suku bunga The Fed hingga tahun depan.

Dia menilai daya tahan perekonomian Indonesia masih akan terus diuji oleh beberapa faktor global lainnya sepanjang tahun ini seperti perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan China, serta langkah selanjutnya yang akan diambil China ke depan.

"Dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional, kebijakan moneter Pemerintah Indonesia telah bergerak ke arah yang benar," tuturnya, mengutip laporan yang diterima Bisnis, Kamis (2/8/2018).

Dia melanjutkan ketegangan antara AS dan China serta risiko percepatan kenaikan suku bunga The Fed juga bakal memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Namun, pihaknya melihat baburan kebijakan moneter dan makroprudensial oleh Bank Indonesia akan mampu menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.

Adapun di tengah berbagai tantangan global tersebut, Enrico menilai perekonomian Indonesia memilki daya tahan yang baik.

"Kekuatan fundamental makro, permintaan dalam negeri yang tinggi, serta semakin membaiknya sektor eksternal, seperti posisi cadangan devisa yang lebih tinggi dan lebih baiknya pengelolaan defisit transaksi berjalan merupakan faktor-faktor yang akan membuat kinerja perekonmian Indonesia lebih sehat dan berdaya tahan tinggi dibandingkan dengan kinerja perekonomian pasar negara berkembang lainnya," katanya.

Menurutnya, hal itu didukung oleh komitmen pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi yang bisa dilihat dari berbagai kebijakan reformasi ekonomi, proyek-proyek infrastruktur, dan peningkatan kemudahan berinvestasi melalui online single submission (OSS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lucky Leonard
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper