Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Manufaktur Global Melemah Pada Juli

Indeks Pembelian Manajer (Purchasing Managers’ Index/PMI) yang dirilis oleh JPMorgan dan IHS Markit menunjukkan ekspansi manufaktur global melemah 0,56% ke level 52,7 pada Juli dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun indeks tersebut memperlihatkan tingkat ekspansi terendah dalam satu tahun terakhir.
Manufaktur./.Reuters
Manufaktur./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Pembelian Manajer (Purchasing Managers’ Index/PMI) yang dirilis oleh JPMorgan dan IHS Markit menunjukkan ekspansi manufaktur global melemah 0,56% ke level 52,7 pada Juli dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun indeks tersebut memperlihatkan tingkat ekspansi terendah dalam satu tahun terakhir.

David Hensley, Director of Global Economic Coordination di JPMorgan menyatakan, data PMI Juli tersebut memperlihatkan sinyal perlambatan untuk pertumbuhan ekspansi manufaktur ke depannya, baik untuk hasil produksi maupun permintaan baru.

“Faktor penggerak manufaktur telah kehilangan momentum sejak awal tahun,” ujarnya seperti dikutip dari pernyataan pers, Kamis (2/8/2018).

Laporan IHS Markit tersebut mencatat, perlambatan yang terjadi di sektor manufaktur global disebabkan oleh berkurangnya pertumbuhan produksi di industri barang-barang konsumen dan investasi.

Adapun hal itu dipicu oleh merebaknya tensi dagang dan kebijakan proteksionisme dari Amerika Serikat. Pada bulan lalu, AS dan China telah saling balas tarif impor sebesar 25% untuk produk dari masing-masing negara yang nilainya sebesar US$34 miliar.

Selanjutnya, AS akan mengenakan tarif tambahan sebesar 25% untuk produk impor asal China yang nilainya US$16 miliar pada bulan ini.

Berdasarkan sumber yang enggan disebutkan identitasnya, Presiden AS Donald Trump kini mempertimbangkan untuk mengubah ancaman tarif yang semula 10% menjadi 25% untuk dikenakan terhadap produk impor asal China yang senilai US$200 miliar.

Stefan Schneider, Kepala Ekonom Internasional di Deutsche Bank, menilai, lesunya aktivitas perdagangan global akibat tensi dagang antara AS dan sejumlah mitra dagang utamanya semakin memperlihatkan dampak terhadap berkurangnya tingkat produksi barang-barang di seluruh dunia.

“Khususnya bagi negara ekonomi terbuka, seperti Jerman, Jepang, dan Korea. Melemahnya permintaan ekspor akan memberatkan aktivitas investasi,” ujarnya, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper