Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perluasan B20 Dinilai Tak Cukup Kuat Dongkrak Harga CPO

Bisnis.com, JAKARTA -- Pengamat menilai bahwa penerapan biodiesel 20% (B20) yang diperluas bagi sektor non public service obligation (PSO) tidak akan efektif untuk mendongkrak harga crude palm oil (CPO) yang signifikan.n n 
Kebijakan penggunaan biodiesel dan realisasi produksi biodiesel dan biosolar 2013 hingga 2017./Bisnis-Husin Parapat
Kebijakan penggunaan biodiesel dan realisasi produksi biodiesel dan biosolar 2013 hingga 2017./Bisnis-Husin Parapat

Bisnis.com, JAKARTA -- Pengamat menilai bahwa penerapan biodiesel 20% (B20) yang diperluas bagi sektor non public service obligation (PSO) tidak akan efektif untuk mendongkrak harga crude palm oil (CPO) yang signifikan.

Pasalnya, menurut analis Produksi Kelapa Sawit Cofco International Roby Fauzan, penggerak harga bahwa CPO saat ini lebih dipengaruhi oleh permintaan dari India dan China, sehingga perluasan penerapan B20 tidak akan berkontribusi banyak untuk mendongkrak harga CPO.

"B20 enggak terlalu efektif dongkrak harga CPO, karena untuk price movement lebih dipengaruhi demand India dan China sekarang," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (2/8/2018).

Roby mengatakan, meski penerapan perluasan B20 dapat menumbuhkan demand terhadap CPO, tetapi yang lebih menjadi trigger demand sekarang ini adalah impor biodiesel oleh Cina dan demand India sebelum perayaan Deepavali.

"Karena B20 non-pso rencananya geser ke 1 September 2018, jadi enggak banyak nolonglah. Deepavali pada minggu pertama November, dan orang di India sudah mulai impor CPO sejak Agustus," ujarnya.

Dirinya melihat bahwa perluasan penerapan B20 dinilai juga tidak akan cukup efektif untuk menyerap stok CPO dari pasar, seiring dengan masih minimnya konsumsi solar dalam negeri.

Roby menilai jika target penerapan B20 adalah untuk mengurangi defisit perdagangan dan stabilisasi rupiah, perluasan penerapan B20 tidak akan membantu banyak.

"Konsumsi solar semester satu hanya 7,19 juta kiloliter, dari target APBN tahun ini sebesar 15,62 juta kiloliter. Dengan melihat tren konsumsi solar dalam negeri yang relatif stagnan, perluasan B20 tidak akan banyak menyerap stok CPO dari pasar," tuturnya.

Menurutnya dengan kebijakan perluasan penerapan B20 ini diperkirakan hanya menyerap tambahan konsumsi maksimal 3500 kilo metrik ton (KMT) produksi CPO yang berasal dari penghematan impor solar sebesar 4 juta kiloliter.

"Jumlah 3.500 KMT ini hanya setara produksi Indonesia satu bulan. Jadi pemerintah harus ada terobosan lain selain implementasi perluasan B20," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper