Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Swap, Pemerintah Harus Bangun Kepercayaan Diri Pasar

Ekonom menilai pengkajian ulang kebijakan swap atau barter valas yang dilakukan Bank Indonesia (BI) harus memperhatikan kebutuhan eksportir akan rupiah.
Ilustrasi lembaran rupiah dan dolar AS./Antara-Puspa Perwitasari
Ilustrasi lembaran rupiah dan dolar AS./Antara-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom menilai pengkajian ulang kebijakan swap atau barter valas yang dilakukan Bank Indonesia (BI) harus memperhatikan kebutuhan eksportir akan rupiah dan kompensasi dari keuntangan menahan dolar AS pada masa fluktuasi kurs seperti saat ini.

Direktur Penelitian Center of Reform for Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan pilihan BI untuk mengkaji agar swap lebih murah bagi pengusaha merupakan kebijakan yang rasional.

"Dengan biaya yang murah dalam konteks ini akan efektif mendorong eksportir melakukan barter dengan catatan kalau dia perlu rupiah atau tidak punya pilihan lain," ungkapnya kepada Bisnis pada Jumat (3/8/2018).

Piter melanjutkan jika eksportir tidak diberikan pilihan karena kebijakan atau aturan tertentu, tentunya mereka akan mengkonversikan valasnya ke rupiah. Dengan demikian, proses peningkatan cadangan devisa dapat menjadi lebih pasti.

Sementara, menurutnya, saat eksportir mudah mendapatkan rupiah, dia akan berhitung dengan menahan dolar AS yang lebih menjanjikan keuntungan dari fluktuasi kurs rupiah.

Artinya, pada saat terjadi pelemahan rupiah terus menerus, eksportir otomatis memilih menahan dolarnya supaya mendapat untung dari fluktuasi.

Di sisi lain, kebijakan swap akan percuma saat eksportir tidak memerlukan rupiah. "Ini yang menyebabkan eksportir kita tidak membawa uang dolarnya kembali. Kalau sudah begini, saya agak meragukan efektivitasnya swap," paparnya.

Menurutnya, pemerintah perlu berupaya meningkatkan kepercayaan diri akan penguatan rupiah terhadap dolar, sehingga usaha-usaha memanfaatkan keuntungan dari pelemahan rupiah dapat berkurang.

Piter mengatakan ketidakpercayaan diri pemerintah tecermin pada posisi neraca pembayaran yang defisit. Ini menunjukkan pemerintah tidak memiliki valas sehingga kepercayaan diri tidak terbangun.

Membangun kepercayaan diri pasar, menurutnya, dapat dimulai dengan memberikan aturan tegas mengenai devisa hasil ekspor (DHE). Dia berpandangan pasar dapat lebih percaya diri dengan kebijakan yang tegas, walaupun selama ini beranggapan kalau BI atau pemerintah terlalu tegas, investor akan lari.

"Perlu ditegaskan saya sependapat upaya BI swap bisa efektif dengan catatan yang lebih penting adalah membangun market confidence," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper