Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di Bawah Standar Bank Dunia, Sri Mulyani Malu dengan Rasio Kepatuhan Pajak RI

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa masalah kepatuhan pajak masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah.n n 
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan paparan dalam konferensi pers terkait APBN di Jakarta, Selasa (17/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan paparan dalam konferensi pers terkait APBN di Jakarta, Selasa (17/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa masalah kepatuhan pajak masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah.

Rasio pajak yang masih berada pada kisaran 11% serta rasio kepatuhan yang masih perlu ditingkatkan dinilai menjadi salah satu yang perlu segera dibenahi oleh tim reformasi pajak.

Bekas Direktur Pelaksana Bank Dunia ini bahkan juga sempat mengaku ironi, dia mengungkapkan bahwa saat bekerja di World Bank, pernah melakukan kajian untuk menentukan threshold negara yang dianggap pantas.

"Waktu itu standar yang pantas sebesar 15%, kalau Indonesia tax ratio-nya di bawah 12% ini termasuk yang terendah," kata Sri Mulyani, Senin (6/8/2018).

Akan tetapi, setelah kembali ke Indonesia, dia mendapati ternyata rasio pajak justru di bawah 11%, selain sebagai yang terendah, dia juga mengaku malu dengan teman-temannya yang berada di World Bank dulu. Soalnya, saat di bank dunia dia merancang standar tax ratio, ternyata angka rasio pajak Indonesia di bawah ekspektasinya saat bekerja di lembaga tersebut.

"Saya malu mau ngomong ke teman-teman saya," ujarnya.

Untuk itu, saat ini otoritas fiskal terus mendorong kinerja tim reformasi pajak supaya membenahi sektor-sektor yang bisa mendorong perbaikan rasio pajak.

"Kami bedah diri sendiri dulu sebelum orang lain. Kami perlu reformasi perpajakan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper