Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi Domestik Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi di Atas Ekspektasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,27% pada kuartal II/2018 tersebut di atas perkiraan pemerintah.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan paparan dalam konferensi pers terkait APBN di Jakarta, Selasa (17/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan paparan dalam konferensi pers terkait APBN di Jakarta, Selasa (17/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,27% pada kuartal II/2018 tersebut di atas perkiraan pemerintah.

Sri mengatakan pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,16%-5,17% pada kuartal II/2018.

"Pertumbuhannya lebih tinggi daripada yang kita harapkan. Itu bagus, terutama merupakan hasil domestic demand yang kuat, itu bagus," kata Sri ketika ditemui di lingkungan Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (6/8/2018).

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2018 itu bisa lebih tinggi dari pada perkiraan ditopang oleh pertumbuhan konsumsi yang tinggi.

Sri mengatakan konsumsi dapat tumbuh tinggi karena upaya stabilisasi harga yang dilakukan oleh pemerintah serta adanya berbagai momentum seperti hari libur panjang, bulan puasa, hari raya Idul Fitri sampai pemberian tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13.

"Yang kita lihat dari sisi permintaan, yang agak turun adalah investasi. Saya melihat itu agak di bawah yang kita harapkan karena kita lihat momentum pertumbuhan PMTB (pembentukan modal tetap bruto) di atas 7% sudah 3 kuartal berturut-turut, tiba-tiba sekarang turun di bawah 6%. Itu harus kita sikapi berhati-hati," katanya.

Menurutnya, situasi ini merupakan trade off atau pilihan dimana pertumbuhan konsumsi bagus namun di sisi lain pertumbuhan investasi melemah. Di samping itu, Sri juga mengatakan ekspor lebih lemah dan impor lebih tinggi daripada yang dibayangkan.

"Kita punya PR untuk pacu investasi dan ekspor agar dengan pertumbuhan di atas 5,2% itu tidak menimbulkan komplikasi dari sisi neraca pembayaran. Karena kalau ekspor terlalu rendah, impor terlalu tinggi maka pertumbuhan akan timbulkan tekanan terhadap neraca pembayaran," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yodie Hardiyan
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper