Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Siap dengan Perang Dagang yang Berlarut-larut

Media nasional China menuding kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump dengan lebih ‘personal’. China menegaskan kesiapannya untuk menghadapi tekanan dari Negeri Paman Sam.
ilustrasi./.Reuters
ilustrasi./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Media nasional China menuding kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump dengan lebih ‘personal’. China menegaskan kesiapannya untuk menghadapi tekanan dari Negeri Paman Sam.

Media nasional yang dikendalikan oleh Pemerintah China telah berkali-kali menyinggung kebijakan Amerika Serikat dan pemerintahnya terkait masalah eskalasi perdagangan. Namun, baru kali ini People’s Daily menargetkan Presiden AS Donald Trump secara perorangan.

Kritik terbaru dari media milik Partai Komunis China tersebut mengatakan bahwa Trump melakukan drama tipuan dan intimidasi dengan gaya petarung jalanan.

“Memerintah suatu negara tidak sama dengan melakukan bisnis,” tulis People’s Daily, sambil menambahkan bahwa aksi Trump tidak sejalan dengan kredibilitas nasional AS, seperti dikutip Reuters, Senin (6/8/2018).

Sebuah komentar di laman utama People’s Daily juga menyebutkan bahwa keinginan Trump untuk mengajak pihak lain bergabung dengan dramanya merupakan upaya yang sia-sia. Hal itu mengacu kepada eskalasi friksi perdagangan dengan China yang berimbas kepada rantai perdagangan internasional.

China pun mengaku siap untuk menghadapi perang yang berlarut-laurt dengan AS dan bahkan siap mengorbankan kepentingan ekonomi jangka pendeknya.

"Dengan mempertimbangkan permintaan AS yang tidak mendasar, perang dagang adalah suatu upaya yang bertujuan menghancurkan ekonomi China, mencoba mendorong China menjadi pengikut ekonomi AS," tulis editorial surat kabar nasionalis Global Times, seperti dikutip Bloomberg.

Adapun friksi dagang AS dan China telah mengguncang pasar keuangan, termasuk saham, mata uang, dan komoditas (dari kacang kedelai hingga baru bara) dalam beberapa bulan terakhir.

Sejauh ini, kedua ekonomi terbesar di dunia itu telah sama-sama memberlakukan tarif sebesar 25% untuk produk impor senilai US$34 miliar pada Juli.

Selanjutnya, Washington dijadwalkan untuk mengimplementasikan tarif tambahan sebesar US$16 miliar untuk produk impor asal China, yang langsung direspons China dengan kesiapannya untuk membalas.

Pekan lalu, AS memperbarui proposal tarif untuk China yang semula ingin memberlakukan tarif sebesar 10% menjadi 25% untuk produk impor asal China senilai US$200 miliar.

Sebagai responsnya, Kementerian Perdagangan China pun mengeluarkan daftar produk yang akan ditargetkan untuk tarif balasan itu yang berjumlah 5.702 produk asal AS senilai US$60 miliar pada Jumat (3/8/2018).

Adapun perang dagang yang menyebabkan meningkatnya potensi kebangkrutan perusahaan dan melemahkan yuan di hadapan AS muncul sebagai ancaman yang semakin melambatkan ekonomi Negeri Panda.

Untuk menanggulanginya, Pemerintahan China merespons dengan mengalirkan lebih banyak likuiditas ke dalam sistem perbankan, meyakinkan para peminjam, dan menjanjikan kebijakan fiskal yang lebih proaktif.

Sementara itu, perusahaan AS yang ditargetkan di dalam medan perang dagang telah melakukan beberapa penyesuaian seperti menaikkan harga dan bahkan beberapa di antaranya mulai berencana untuk mengeluarkan pabriknya dari China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper