Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERTUMBUHAN EKONOMI: Memacu Laju Konsumsi Domestik

Upaya mempertahankan kinerja konsumsi rumah tangga yang kembali tumbuh di atas 5% masih menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, meskipun terdapat sejumlah faktor penopang komponen pertumbuhan ekonomi tersebut pada paruh kedua tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II tahun 2018 dalam %./Bisnis-Radityo Eko
Pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II tahun 2018 dalam %./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA — Upaya mempertahankan kinerja konsumsi rumah tangga yang kembali tumbuh di atas 5% masih menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, meskipun terdapat sejumlah faktor penopang komponen pertumbuhan ekonomi tersebut pada paruh kedua tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi kuartal II/2018 menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Selasa (7/8/2018). Berikut laporannya.

Secara mengejutkan, Badan Pusat Statistik (BPS), kemarin, melaporkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2018 mencapai 5,27% atau di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan 5,1%.

Kabar baiknya lagi, laju pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang selama kuartal sebelumnya kinerjanya di bawah 5%. Kinerja positif konsumsi rumah tangga tersebut diyakini terus berlanjut hingga akhir tahun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pihaknya menilai pertumbuhan konsumsi yang kuat menjadi pendorong kinerja pertumbuhan.

“Kita lihat komponennya, kalau dilihat dari konsumsi cukup bagus, strong 5,14% itu karena faktor seasonal, ada hari raya, ada THR, dan tunjangan ke-13 itu semua memberikan efek positif dan mungkin dari libur panjang,” jelasnya Senin (6/8/2018).

Menkeu menuturkan faktor musiman itu akan hilang pada semester II/2018 meskipun dia menilai akan ada kompensasi bagi pertumbuhan ekonomi, yaitu kinerja industri manufaktur yang menjadi lebih baik.

Sri Mulyani optimistis konsumsi rumah tangga tetap akan bertumbuh seiring dengan terkendalinya laju inflasi, dan penyelenggaraan kegiatan internasional yakni Asian Games dan IMF-WB Annual Meetings 2018.

Sementara itu, tingkat inflasi yang bisa dijaga tetap rendah pun dapat menjadi modal dalam perbaikan konsumsi masyarakat tersebut. Data BPS, inflasi Juli bisa dijaga di level 0,28% sehingga masih sesuai dengan target inflasi dari Bank Indonesia.

Secara terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan terjadinya peningkatan konsumsi rumah tangga pada kuartal II terdorong oleh kegiatan belanja masyarakat melalui e-commerce.

“Itu ada hubungannya dengan e-commerce, jadi memang ada gejala bahwa rumah tangga terutama di perkotaan memang senang dengan produk-produk yang canggih, produk yang di sini gak ada," ujarnya, Senin (6/8/2018).

Meskipun begitu, Darmin mengaku belum bisa memastikan apakah tren positif tersebut bakal terus berlanjut di kuartal ke depan atau tidak.

“Konsumsi itu kan setelah orang punya penghasilan ada konsumsi. Kalau penghasilan berjalan, konsumsi berjalan. Tidak usah khawatir berhenti konsumsinya,” ujarnya.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, sumbangan konsumsi rumah tangga yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal II/2018 merupakan hal yang wajar.

“Target kami, pertumbuhan industri ritel tahun ini akan mengalami kenaikan 10% dari 2017. Biasanya memang pada saat Lebaran menjadi puncak raihan omzet peritel, 35% dari omzet setahun menumpuk saat libur lebaran dan sekolah,” katanya.

Dia pun memperkirakan peningkatan konsumsi bakal terulang pada kuartal berikutnya. Pasalnya, pada sisa tahun ini terdapat sejumlah momentum atau acara besar seperti Asian Games dan pertemuan IMF-World Bank yang bakal mendongkrak belanja masyarakat.

Tutum memproyeksikan pertumbuhan sektor ritel pada semester II/2018 berkisar pada level 7%—8%.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto mengatakan penjualan kendaraan juga menjadi salah satu indikator kenaikan konsumsi rumah tangga.

Ajang pameran otomotif seperti GIIAS 2018, diharapkan dapat menjadi stimulus pertumbuhan sisa tahun ini. Pasalnya, banyak produsen otomotif merilis produk baru dan memberikan banyak promosi yang bakal memberikan sentimen positif pagi konsumen untuk berbelanja.

“GIIAS kami harapkan sebagai tambahan stimulus untuk menaikkan angka penjualan,” kata Jongkie.

Direktur Eksekutif Center of Reform for Economics (Core) Indonesia Muhammad Faisal menilai ada dua faktor yang harus dilakukan pemerintah yakni menjaga inflasi dan kepercayaan masyarakat terutama kelas menengah atas untuk tidak menahan konsumsi.

Kepala Ekonom PT Maybank Indonesia Tbk. Juniman memperkirakan konsumsi rumah tangga hanya akan tumbuh di kisaran 5,02%—5,08% (yoy) pada paruh kedua tahun ini. “Ke depannya agak berat kita lihat bisa 5,14% karena ke depannya ada banyak hambatan," tuturnya,

(Hadijah Alaydrus/Rinaldi M. Azka/Yustinus Andri/Puput Ady Sukarno/Thomas Mola)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper