Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kikis Inklusi Keuangan, Tekfin dan Perbankan Harus Berkolaborasi

Peran intermediasi perbankan sebagai industri keuangan tradisional dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat ternyata belum maksimal.
Perkembangan industri fintech (financial teknologi) atau teknologi finansi (tekfin) di Indonesia 2016 hingga 2018./Bisnis-Ilham Nesaba
Perkembangan industri fintech (financial teknologi) atau teknologi finansi (tekfin) di Indonesia 2016 hingga 2018./Bisnis-Ilham Nesaba

Bisnis.com, JAKARTA - Peran intermediasi perbankan sebagai industri keuangan tradisional dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat ternyata belum maksimal.

Kepala Bidang Teknologi Keuangan, Kerja sama Sistem Pembayaran dan Grup Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan, Indonesia masih memiliki financial gap yang harus diatasi dengan pertumbuhan kredit sebesar 15% - 16%.

Sekarang, kredit dari industri keuangan tradisional, seperti perbankan dan pasar modal hanya mencapai 13,36%. Namun kekurangannya tidak bisa dicapai hanya dengan mengandalkan pembiayaan dari dari perusahaan teknologi finansial atau tekfin.

"Kami masih perlu [mengejar] pertumbuhan 3% yang tidak bisa disentuh oleh tradisional financing sehingga harapan kepada fintech [financial technology] sangat besar, namun belum bisa terpenuhi," ujarnya saat ditemui usai forum diskusi di Jakarta, Selasa (7/8/2018).

Untuk mencapai target tersebut, kehadiran sistem pembayaran berbasis digital yang diterbitkan oleh pihak ketiga selain bank tidak akan saling bersinggungan, justru bisa saling melengkapi kekurangan.

Tingginya perkembangan industri perbankan saat ini tidak sejalan dengan rencana pemerataan atau inklusi ekonomi, masih ada sektor ekonomi yang belum tersentuh oleh bank.

Kerja sama antara perbankan dan tekfin dapat dilakukan dengan saling bertukar sumber daya seperti data dalam jumlah masif yang dimiliki bank dan memanfaatkan teknologi digital yang diciptakan oleh tekfin.

Erwin mengungkapkan perbankan masih kerap bersikap pruden terhadap debitur mikro yang dinilai berpotensi memiliki risiko kredit tinggi, hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi terkait calon debitur yang dimiliki bank.

Sementara itu, tekfin dapat masuk menyediakan teknologi KYC atau know your customer sebagai langkah pendekatan kepada calon nasabah yang lebih personal sehingga risiko kredit dapat diminimalisir.

Dampaknya, suku bunga kredit justru diperkirakan akan turun jika bank lebih mengenal kondisi ekonomi nasabahnya.

"Harusnya saling mendukung. kami optimis harapannya besar untuk konteks ekonomi indonesia sangat relevan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper