Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Hadapi Dilema Pertumbuhan Ekonomi dan CAD

Pemerintah tengah menghadapi dilema antara pertumbuhan ekonomi dan menjaga defisit neraca transaksi berjalan tidak bertambah lebar dari posisi saat ini yang sebesar 3% dari PDB.pe
Kegiatan bongkar muat kontainer di Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (19/3)./Antara-Didik Suhartono
Kegiatan bongkar muat kontainer di Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (19/3)./Antara-Didik Suhartono

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah tengah menghadapi dilema antara pertumbuhan ekonomi dan menjaga defisit neraca transaksi berjalan tidak bertambah lebar dari posisi saat ini yang sebesar 3% dari PDB.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan saat ini pemerintah tengah fokus agar pertumbuhan ekonomi tetap di atas 5% sembari mencegah terus melebarnya Current Account Deficit (CAD).

"Jadi, sekarang strategi pemerintah adalah lihat secara detail kalau kita mau tumbuh di atas 5% tetapi neraca pembayaran tidak memburuk, maka strategi apa yang harus kita lakukan? Itu yang sedang dilakukan oleh pemerintah," jelasnya, Selasa (14/8/2018).

Usaha yang dilakukan salah satunya adalah melakukan substitusi barang-barang produk impor menjadi barang dalam negeri. Sebab, secara kebijakan pemerintah sudah menyiapkan berbagai hal, di antaranya kewajiban Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dan campuran biodiesel 20% (B20).

Menkeu menyatakan implementasi aturan-aturan tersebut sangat bergantung pada kesiapan dunia usaha.

"Kalau belum siap, berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan itu," lanjutnya.

Sri Mulyani melihat jika pertumbuhan ekonomi semakin tinggi, maka impor yang dilakukan pun semakin tinggi. Dengan demikian, pilihannya adalah mengejar kenaikan ekspor di level yang sama atau menarik investasi langsung luar negeri (Foreign Direct Investment/FDI) yang tinggi.

Namun, jika FDI tidak tumbuh dan ekspor tidak besar, maka Indonesia akan selalu tergantung modal jangka pendek. Menurutnya, itu bisa menjadi salah satu sumber kerawanan.

"Oleh karena itu, saat ini kita akan memilih growth 5%, tetapi dengan komposisi yang lebih seimbang. Stabilisasi menjadi penting termasuk dari sisi eksternal, seperti neraca pembayaran, APBN kita terjaga dengan dinamika nilai tukar, suku bunga, harga komoditas dan perbankan kita yang cukup kuat dari sisi permodalan dan performance semoga kita akan tetap bisa menjaganya. Ini yang jadi fokus pemerintah," tambah Menkeu.

Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) mengumumkan defisit transaksi berjalan kuartal II/2018 melebar menjadi 3% atau US$8 miliar, dari sebelumnya 1,96% pada kuartal II/2017.

Adapun pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% pada 2018. Untuk tahun depan, pemerintah dan DPR menyasar pertumbuhan di kisaran 5,2%-5,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper