Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkat Konsumsi AS Mencapai Level Terendah dalam 11 Bulan

Tingkat sentimen konsumen AS (U.S. consumer sentiment) merosot ke level terendah 11 bulan terakhir pada Agustus 2018 seiring dengan menurunnya belanja rumah tanggga akibat kenaikan biaya sehari-hari.
Belanja di AS./.Bloomberg
Belanja di AS./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA--Tingkat sentimen konsumen AS (U.S. consumer sentiment) merosot ke level terendah 11 bulan terakhir pada Agustus 2018 seiring dengan menurunnya belanja rumah tanggga akibat kenaikan biaya sehari-hari.

Dikutip dari Reuters, Sabtu (18/8/2018), laporan Universitas Michigan mengungkapkan, indeks sentimen konsumen AS turun ke level 95,3 pada Agustus 2018 dari bulan sebelumnya 97,9. Ini menjadi level terlemah sejak September 2017.

Penurunan tersebut terjadi akibat berkurangnya belanja rumah tangga. Diperkirkaan hal ini disebabkan kenaikan harga barang-barang, sehingga tingkat belanja merosot.

Padahal, inflasi dalam beberapa bulan terakhir didorong oleh kuatnya permintaan domestik. Selain itu, pasar tenaga kerja menunjukkan data yang positif.

Para ekonom berpendapat kenaikan harga barang-barang yang menyebabkan konsumen enggan berbelanja berkaitan dengan kebijakan perdagangan proteksionis di bawah pemerintahan Donald Trump.

Kebijakan perdagangan itu menyebabkan potens perang dagang antara AS, China, bahkan hingga melibatkan Eropa, Kanada, dan Meksiko.

"Eskalasi ketegangan perdagangan baru-baru ini mengkhawatirkan beberapa konsumen. Faktor yang lebih besar terihat dari kenaikan harga," tutur Andrew Hunter, ekonom Capital Economics, Sabtu (18/8/2018).

Indeks harga konsumen naik 2,9% year on year (yoy) pada Juli 2018. Namun, ukuran yang menjadi fokus Federal Reserve ialah pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditures/ PCE), tidak termasuk makanan dan energi, hanya naik 1,9% yoy.

Indeks harga PCE di bawah target inflasi inti 2% yoy yang ditetapkan oleh Federal Reserve. Seperti diketahui, dua data ekonomi yang menjadi indikator Fed dalam memberlakukan kebijakan suku bunga ialah data tenaga kerja dan data inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Sumber : reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper