Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lagi, Presiden Jokowi Panggil Para Menteri Ekonomi ke Istana

Presiden Joko Widodo kembali memanggil para menteri sektor ekonomi dan kepala lembaga ekonomi ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/9/2018).
Presiden Joko Widodo./Antara
Presiden Joko Widodo./Antara

Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo kembali memanggil para menteri sektor ekonomi dan kepala lembaga ekonomi ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/9/2018).

Pemanggilan ini merupakan yang kedua dalam pekan ini. Sebelumnya, Presiden memanggil mereka pada Senin (3/9/) setelah tiba di Jakarta dari kunjungan kerjanya di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Berdasarkan pantauan Bisnis.com pukul 09.00 WIB, menteri yang hadir antara lain Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution, dan beberapa lainnya.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 08.31 WIB, nilai tukar rupiah melemah 30 poin atau 0,2% ke level Rp14.845 per dolar AS setelah dibuka dengan depresiasi tipis 8 poin atau 0,05% di posisi Rp14.823.

Kemarin, usai dipanggil Jokowi ke Istana, Menkeu menegaskan pemerintah berkomitmen melanjutkan strategi pengurangan impor dan meningkatkan ekspor, terutama di tengah krisis yang melanda sejumlah negara berkembang.
 
“Hari ini, kami melaporkan kepada Presiden mengenai kondisi terkini dari perekonomian Indonesia. Kami melihat dari pergerakan global dan akan kami waspadai karena dinamika yang berasal dari sentimen Argentina itu sangat tinggi,” ucapnya.

Untuk saat ini, pemerintah fokus mengurangi sentimen dari neraca pembayaran. Menurut Sri Mulyani, selama ini yang disebut sebagai sumber sentimen dari perekonomian Indonesia adalah transaksi berjalan dan neraca perdagangan.

Menurut Menkeu, fondasi ekonomi Indonesia cukup stabil. Hal itu didasarkan atas rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan bahwa adanya adanya deflasi 0,05% pada Agustus 2018, sedangkan inflasi tahunan tercatat sebesar 3,2% secara year-on-year (yoy).

Kendati demikian, dia tidak menampik bahwa sentimen dari krisis global yang dialami oleh tiga negara berkembang yakni Argentina, Turki, dan Venezuela berpeluang memberikan dampak negatif bagi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yodie Hardiyan
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper