Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emerging Market Kian Gugup Menjelang Kenaikan FFR

Bank sentral AS (Federal Reserve) tetap akan dijadwalkan untuk menaikkan suku bunga pada Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 25-26 September 2018.
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing

Bisnis.com, JAKARTA — Bank sentral AS (Federal Reserve) tetap akan dijadwalkan untuk menaikkan suku bunga pada Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 25-26 September 2018.

Terakhir kali The Fed menaikkan suku bunga adalah saat  FOMC Juni sebesar 25 bps menjadi 1,75%—2%.

Hal itu dikhawatirkan dapat menguatkan indeks dolar AS dan semakin menekan performa mata uang di negara-negara berkembang.

Kit Juckes, Global Strategist di Societe Generale SA, mengungkapkan sejatinya dolar AS sedang tidak terlalu banyak mendapatkan dukungan dari sisi suku bunga.

“Tidak ada yang membuat saya berpikir bahwa dolar akan menguat, tetapi ada banyak hal yang membuat gugup mata uang lain,” katanya, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (4/9).

Dia menjelaskan bahwa dolar AS yang menguat saat ini telah kekurangan dukungan dari sisi moneter. Namun, performa mata uang lain yang memburuk membuat dolar tetap perkasa.

Adapun, kenaikan suku bunga AS juga akan membuat selisih imbal hasil yang menjadi daya tarik emerging market menjadi berkurang dan memicu investor mengalihkan asetnya ke negara maju. 

Sejauh ini, Argentina dan Turki tampil sebagai negara yang paling rentan dari kelompok negara pasar berkembang yang dirugikan aksi jual investor.

Keduanya memiliki masalah inflasi yang tinggi, sehingga investor cenderung meninggalkan negara tersebut karena aset-asetnya berisiko.

Sepanjang tahun berjalan, nilai lira Turki telah jatuh hingga lebih dari 40% dan nilai peso Argentina terperosok hingga lebih dari 50%.

Pekan lalu, Bank Sentral Argentina kembali menaikkan suku bunga sebanyak 1.500 bps atau 65% untuk menjaga nilai tukar peso.

Adapun, Turki yang berjanji akan mengubah kebijakan moneternya pada Senin (3/9) disarankan oleh Nomura International Plc. untuk menaikkan suku bunga setidaknya hingga 575 bps atau 23,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper