Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Gejolak Emerging Market, Afrika Selatan Terseret Resesi

Afrika Selatan secara tak terduga jatuh ke dalam resesi pertamanya selama hampir satu dekade terakhir, sementara pelemahan mata uang rand berlanjut di tengah gejolak pasar negara berkembang dan tekanan pada Presiden Cyril Ramaphosa.
Afrika Selatan/web
Afrika Selatan/web

Bisnis.com, JAKARTA – Afrika Selatan secara tak terduga jatuh ke dalam resesi pertamanya selama hampir satu dekade terakhir, sementara pelemahan mata uang rand berlanjut di tengah gejolak pasar negara berkembang dan tekanan pada Presiden Cyril Ramaphosa.

Dilansir Bloomberg, Produk Domestik Bruto Afrika Selatan menyusut 0,7% pada kuartal II/2018 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, jauh lebih rendah dari estimasi analis yang memperkirakan PDB tumbuh 0,6%.

Dibandingkan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), PDB Afrika Selatan tumbuh 0,4%, lebih rendah dari perkiraan sebesar 1%.

Angka pertumbuhan ekonomi ini memunculkan keraguan atas kepemimpinan baru negara itu, memberikan gambaran yang tidak nyaman yang sama dengan kepemimpinan pendahulu Ramaphosa, Jacob Zuma.

Berita tersebut menggarisbawahi rapuhnya perekonomian Afrika Selatan pada saat negara itu telah terseret ke dalam gejolak pasar negara berkembang yang juga menekan Turki dan Argentina. Output pertanian yang menurun dan pengeluaran konsumen yang lemah merupakan salah satu titik lemah dari ekonomi negara tersebut.

Naiknya Ramaphosa ke tampuk kekuasaan sejak Desember, awalnya meningkatkan sentimen dan mendongkrak mata uang rand menyusul masa jabatan Zuma yang hampir sembilan tahun.

Namun, optimisme tersebut memudar karena reformasi ekonomi tidak berjalan cukup cepat dan perang perdagangan global serta gejolak di pasar negara berkembang memperburuk sentimen ekonomi.

"Ini menunjukkan bahwa ekonomi Afrika Selatan tetap dalam keadaan lesu, bahwa kita sangat membutuhkan kepastian kebijakan dan reformasi struktural untuk membawa ke jalur pertumbuhan," ujar Elize Kruger, seorang ekonom NKC African Economics yang berbasis di Paarl, Afrika Selatan, seperti dikutip Bloomberg.

“Lingkungan seperti ini sulit untuk penciptaan lapangan kerja. Kita akan terjebak dalam istilah pertumbuhan rendah jika kita tidak dapat keluar dari keadaan ini," lanjutnya.

Mata uang rand melemah 1,93% atau 0,2956 poin ke level 15,6398 per dolar AS pada pukul 15.18 WIB hari ini, Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah berdenominasi rand yang jatuh tempo pada Desember 2026, naik 21 basis poin menjadi 9,22%, level tertinggi sejak sebelum Ramaphosa menjadi pemimpin Kongres Nasional Afrika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper