Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Rupiah Dapat Menghambat DPK Valas

Tren pelemahan rupiah dapat berdampak pada penyerapan dana valuta asing (valas) oleh perbankan. Tahun ini pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk mata uang asing memang tergolong melambat.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Tren pelemahan rupiah dapat berdampak pada penyerapan dana valuta asing (valas) oleh perbankan. Tahun ini pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk mata uang asing memang tergolong melambat. 

Mengutip data OJK, DPK valas perbankan per Juni 2018 sebesar Rp783,8 triliun atau naik 5,64% secara tahunan (yoy). Padahal pada Juni 2017 pertumbuhan DPK valas mencapai 9,3% (yoy) menjadi Rp742 triliun.

Direktur Consumer Banking PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Budi Satria mengatakan pelemahan rupiah akan semakin memperlambat pertumbuhan DPK dalam bentuk valas. Namun perseroan tetap berharap produk simpanan terbaru dalam bentuk valas, Felas, akan sesuai dengan target untuk mengumpulkan 50.000 nasabah dengan total nilai US$50 juta.

Budi mengatakan bahwa di Indonesia valas merupakan alat investasi. Kondisi ini disebabkan oleh nilai mata uang dolar Amerika Serikat terus bergerak.

“Karena itu tentu tabungan valas akan tumbuh, tapi ya kalau rupiah sedang melemah memang agak terhambat,” katanya kepada Bisnis, Rabu (5/9/2018).

Tabungan dan simpanan berjangka menjadi kontributor utama perlambatan pertumbuhan DPK valas. Pada tahun lalu keduanya tumbuh dua digit. Tabungan dan simpanan berjangka, masing-masing naik 11,5% dan 17,3% secara tahunan pada Juni 2017.

Tahun ini bahkan tabungan turun tipis atau 0,6%. Di saat yang sama simpanan berjangka hanya tumbuh 6,1%.

Sementara itu giro menunjukkan hal sebaliknya. Pertumbuhan tahunan per Juni 2018 7,9%, sedangkan periode yang sama tahun lalu 1,44%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Rahayuningsih
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper