Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Berencana Pangkas Rata-Rata Tarif Pajak Impor

China berencana memangkas tingkat rata-rata tarif untuk sejumlah impor dari mitra dagang utamanya, secepatnya pada bulan depan.
ilustrasi/Bloomberg
ilustrasi/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA—China berencana memangkas tingkat rata-rata tarif untuk sejumlah impor dari mitra dagang utamanya, secepatnya pada bulan depan.

Menurut dua orang sumber yang mengerti jalannya diskusi, langkah itu diambil China untuk mengurangi biaya yang dibebankan kepada konsumen akibat dampak eskalasi perang dagang dengan Amerika Serikat.

Sebelumnya, pada Rabu (19/9/2018), PM China Li Keqiang sempat menyebutkan bahwa China akan memangkas tarif, namun dia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.

Oleh karena itu, sumber tersebut meminta tidak disebutkan identitasnya karena pemangkasan tersebut belum lagi resmi.

Adapun dengan memangkas tarif impor sambil meretaliasi tarif impor yang diberlakukan AS di dalam medan perang dagang, China tampaknya tetap ingin menjaga tujuannya selama ini untuk mendorong impor.

Pasalnya, Negeri Panda sedang berupaya untuk menggairahkan konsumsi domestik di tengah-tengah perlambatan ekonominya. 

Adapun pada Juli, China juga telah memangkas tarif impor untuk sejumlah produk konsumen yang jumlahnya mencapai 1.500 produk, yang terdiri dari produk kosmetik hingga perlengkapan rumah tangga.

Menyusul pemberitaan tersebut, mata uang yuan offshore langsung menguat sebelum melemah 0,07% di level 6,8562 per dolar AS pada 13.02 di Hong Kong. Sementara yuan onshore tidak banyak bergerak di level 6,8505.

Tomy Xie, ekonom di Oversea-Chinese Banking Corp. Ltd. (OCBC) di Singapura menilai langkah China yang kembali memangkas pajak impor tersebut memperlihatkan bahwa China masih akan membuka dan mereformasi pasarnya, tidak peduli sedang terjadi perang dagang atau tidak.

“Pemangkasan pajak ini lebih memperlihatkan komitmen [China] untuk pasar domestik dan internasional,” katanya, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (20/9/2018).

Sementara itu, Kementerian Keuangan China belum memberikan komentar. 

Adapun tarif rata-rata most-favored nation (MFV) yang ditetapkan China saat ini berada di level 9,8%. Adaoun status tarif MFN tersebut diberlakukan China kepada seluruh negara kecuali jika ada kesepakatan khusus antara China dengan negara tersebut. Oleh karena itu, tarif perdagangan dengan AS juga diatur di dalam status tarif MFN.

Namun, saat ini, China masih menjadi negara yang memiliki tingkat rata-rata tarif MFN yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju lainnya.

Oleh karena AS memiliki tingkat MFN di level 3,4% pada 2017, Pemerintahan Trump pun menuduh China lah yang melakukan praktik proteksionisme sekarang ini.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper